Liturgia Verbi 2017-06-01 Kamis.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari Biasa Pekan Paskah VII

Kamis, 1 Juni 2017

PW S. Yustinus, Martir

Bulan Juni:
Ujud Umum/Universal - Para Pemimpin Bangsa.
Semoga para pemimpin bangsa bertekad dengan sungguh-sungguh untuk mendedikasikan diri menghentikan perdagangan senjata yang memakan korban begitu banyak orang tak bersalah.

Ujud Gereja Indonesia - Mahasiswa.
Semoga para mahasiswa Katolik mau belajar dengan tekun dan sungguh-sungguh dan mau berusaha menyelesaikan tugas akhirnya dengan tepat waktu, sehingga mereka dapat segera memberikan sumbangan bagi masyarakat dan Gereja.



Bacaan Pertama
Kis 22:30;23:6-11

"Hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma."

Pembacaan dari Kisah Para Rasul:

Setelah Paulus ditangkap di kota Yerusalem,
kepala pasukan ingin mengetahui dengan teliti
apa yang dituduhkan orang-orang Yahudi kepada Paulus.
Karena itu ia menyuruh mengambil Paulus dari penjara
dan memerintahkan supaya
imam-imam kepala dan seluruh Mahkamah Agama berkumpul.
Lalu ia membawa Paulus dari markas
dan menghadapkannya kepada mereka.

Paulus tahu bahwa
sebagian dari mereka itu termasuk golongan orang Saduki
dan sebagian termasuk golongan orang Farisi.
Oleh karena itu ia berseru dalam Mahkamah Agama itu, katanya,
"Hai saudara-saudaraku,
aku adalah orang Farisi, keturunan orang Farisi;
aku dihadapkan ke Mahkamah ini,
karena aku mengharap kebangkitan orang mati."

Ketika Paulus berkata demikian,
timbullah perpecahan
antara orang-orang Farisi dan orang-orang Saduki,
dan terbagi-bagilah orang banyak itu.

Sebab orang-orang Saduki mengatakan,
bahwa tidak ada kebangkitan, dan tidak ada malaikat atau roh,
tetapi orang-orang Farisi mengakui kedua-duanya.
Maka terjadilah keributan besar.
Beberapa ahli Taurat dari golongan Farisi tampil ke depan
dan membantah dengan keras, katanya,
"Kami sama sekali tidak menemukan sesuatu yang salah pada orang ini!
Barangkali ada roh atau malaikat yang telah berbicara kepadanya."
Maka terjadilah perpecahan besar, sehingga kepala pasukan takut,
kalau-kalau mereka akan mengoyak-ngoyak Paulus.
Karena itu ia memerintahkan pasukan supaya turun ke bawah
dan mengambil Paulus dari tengah-tengah mereka
lalu membawanya ke markas.

Pada malam berikutnya Tuhan datang berdiri di sisi Paulus
dan berkata kepadanya,
"Kuatkanlah hatimu,
sebab sebagaimana engkau dengan berani
telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem,
demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 16:1-2a.5.7-8.9-10.11,R:1

Refren: Jagalah aku, ya Tuhan,
sebab pada-Mu aku berlindung.

*Jagalah aku, ya Allah,
sebab pada-Mu aku berlindung.
Aku berkata kepada Tuhan, "Engkaulah Tuhanku.
Ya Tuhan, Engkaulah bagian warisan dan pialaku,
Engkau sendirilah
yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku.

*Aku memuji Tuhan, yang telah memberi nasihat kepadaku,
pada waktu malam aku diajar oleh hati nuraniku.
Aku senantiasa memandang kepada Tuhan;
karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah.

*Sebab itu hatiku bersukacita dan jiwaku bersorak-sorai,
dan tubuhku akan diam dengan tenteram;
sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati,
dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan.

*Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan;
di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah,
di tangan kanan-Mu ada nikmat yang abadi.



Bait Pengantar Injil
Yoh 17:21

Semoga mereka semua menjadi satu,
sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku
dan Aku di dalam Engkau,
supaya dunia percaya
bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.



Bacaan Injil
Yoh 17:20-26

"Supaya mereka sempurna menjadi satu."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:

Dalam perjamuan malam terakhir,
Yesus menengadah ke langit dan berdoa bagi para pengikut-Nya,
"Bapa yang kudus, bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa,
tetapi juga untuk orang-orang,
yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka;
supaya mereka semua menjadi satu,
sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku
dan Aku di dalam Engkau,
agar mereka juga di dalam Kita,
supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.

Aku telah memberikan kepada mereka
kemuliaan yang Engkau berikan kepada-Ku,
supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu:
Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku,
supaya mereka sempurna menjadi satu,
agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku,
dan bahwa Engkau mengasihi mereka,
sama seperti Engkau mengasihi Aku.

Ya Bapa, Aku mau supaya di mana pun Aku berada,
mereka juga berada bersama-sama dengan Aku,
yakni mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku,
agar mereka memandang kemuliaan-Ku
yang telah Engkau berikan kepada-Ku,
sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.

Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau,
tetapi Aku mengenal Engkau,
dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku;
dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka
dan Aku akan memberitahukannya,
supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka
dan Aku di dalam mereka."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Bacaan Injil hari ini semestinya dapat memantapkan iman kita kepada Kristus, mengapa demikian?
Secara gamblang ditulis kalau Yesus berdoa untuk kita, untuk orang-orang yang percaya kepada-Nya.
Yesus berdoa kepada Bapa-Nya agar kita disatukan dengan sempurna, kesatuan yang penuh dan utuh, sama seperti Yesus di dalam Allah Bapa demikian pula kita disatukan dengan Kristus, menjadi saudara se-iman, menjadi warga Kerajaan Surga.

Agar kita bisa tinggal di dalam persatuan iman itu, maka kita mesti mengasihi Tuhan dan juga saling mengasihi di antara saudara se-iman.
Mengasihi itu artinya memperhatikan, rela berkorban, dan mau mengampuni kesalahan yang lain dengan tulus, serta saling meneguhkan di dalam iman.
Dengan demikian maka kasih Allah Bapa yang diberikan kepada Yesus Kristus juga akan diberikan kepada kita, sama banyaknya, melimpah-ruah dan tak habis-habisnya.
Oleh karenanya, kita boleh berharap akan kasih-Nya itu, dengan senantiasa menebalkan iman kita, serta dengan kesungguhan kita menyalurkan kasih-Nya yang berlimpah itu kepada saudara-saudara kita.
Hidup dalam harapan akan menangkal kekecewaan dan putus-asa, dan akan menjaga iman kita agar tak goyah oleh bujuk rayu iblis atau pun oleh kesusahan hidup di dunia ini.

Marilah kita mengunjungi saudara-saudara kita, bertatap muka dan menyampaikan salam Damai Sejahtera Kristus, memberi penghiburan dan membangkitkan harapan, serta mewartakan kasih Allah yang berlimpah itu.



Peringatan Orang Kudus
Santo Yustinus, Martir
Yustinus lahir dari sebuah keluarga kafir di Nablus, Samaria, Asia Kecil pada permulaan abad kedua kira-kira pada kurun waktu meninggalnya Santo Yohanes Rasul.
Yustinus mendapat pendidikan yang baik semenjak kecilnya. Kemudian ia tertarik pada pelajaran filsafat untuk memperoleh kepastian tentang makna hidup ini dan tentang Allah. Suatu ketika ia berjalan­jalan di tepi pantai sarnbil merenungkan berbagai soal. la bertemu dengan seorang orang-tua. Kepada orang-tua itu, Yustinus menanyakan berbagai soal yang sedang direnungkannya. Orang-tua itu menerangkan kepadanya segala hal tentang para nabi Israel yang diutus Allah, tentang Yesus Kristus yang diramalkan para nabi serta tentang agama Kristen. Ia dinasihati agar berdoa kepada Allah memohon terang surgawi.
Di samping filsafat, ia juga belajar Kitab Suci. Ia kemudian dipermandikan dan menjadi pembela kekristenan yang tersohor. Sesuai kebiasaan di zaman iru, Yustinus pun mengajar di tempat-tempat umum, seperti alun-alun kota, dengan mengenakan pakaian seorang filsuf. Ia juga menulis tentang berbagai masalah, terutama yang menyangkut pembelaan ajaran iman yang benar. Di sekolahnya di Roma, banyak kali diadakan perdebatan umum guna membuka hati banyak orang bagi kebenaran iman kristen.
Yustinus bangga bahwa ia menjadi seorang kristen yang saleh, dan ia bertekad meluhurkan kekristenannya dengan hidupnya. Dalam bukunya, "Percakapan dengan Tryphon Yahudi", Yustinus menulis: "Meski kami orang Kristen dibunuh dengan pedang, disalibkan, atau dibuang ke moncong-moncong binatang buas, ataupun disiksa dengan belenggu dan api, kami tidak akan murtad dari iman kami. Sebaliknya, semakin hebat penyiksaan, semakin banyak orang demi nama Yesus, bertobat dan menjadi orang saleh".
Di Roma, Yustinus ditangkap dan bersama para martir lainnya dihadapkan ke depan penguasa Roma. Setelah banyak disesah, kepala mereka dipenggal. Perisitiwa itu terjadi pada tahun 165. Yustinus dikenal sebagai seorang pembela iman terbesar pada zaman Gereja Purba.


Santo Simeon, Pengaku Iman
Simeon menempuh pendidikan di Konstantinopel dan hidup bertapa di tepi sungai Yordan. Pria berdarah Yunani ini kemudian menjadi rahib di biara Betlehem dan Gunung Sinai. Ia lebih suka hidup menyendiri dan menetap di seputar pantai Laut Merah dan di puncak gunung. Namun kemudian pemimpin biara mengutusnya ke Prancis. Setelah menjelajahi berbagai daerah, ia secara sukarela hidup terkunci di dalam sebuah bilik di suatu biara di Trier, Jerman sampai saat kematiannya.


Santo Johannes Storey, Martir
Yohannes Storey hidup antara tahun 1510-1571. Anggota parlemen Inggris ini sama sekali menolak mengakui Ratu Elisabeth I sebagai kepala Gereja. Akibatnya ia dipenjarakan. Namun sempat lolos dan melarikan diri ke Belgia. Dengan tipu muslihat, ia dibawa kembali ke Inggris dan digantung hingga menghembuskan nafasnya di London.


Santo Pamphilus dari Sesarea, Martir
Pamphilus lahir di Berytus, Phoenicia (sekarang: Beirut, Lebanon) pada tahun 240 dari sebuah keluarga terkemuka dan kaya. Pamphilus mempunyai minat dan bakat besar dalam masalah-masalah sekular di Berytus sambil meneruskan studi teologi di Sekolah Kateketik Aleksandria yang tersohor namanya di bawah bimbingan Pierius, pengganti Origenes. Dari Aleksandria ia pergi ke Sesarea, ibukota Palestina. Tak lama setelah ia tiba di Sesarea, ia ditahbiskan menjadi imam oleh Uskup Agapius. Ia menetap di sana dan teguh membela iman Kristen selama masa penganiayaan orang-orang Kristen sampai hari kematiannya sebagai martir sekitar tahun 309/310.
Pamphilus seorang imam, dosen, ekseget, dan pengumpul buku-buku yang bernilai tinggi. Dengan buku-buku yang berhasil dikumpulkannya, ia mengorganisir dan mengembangkan perpustakaan besar yang telah dirintis oleh Origenes. Perpustakaan ini berguna sekali bagi berbagai studi tentang Gereja. Dengan keahliannya di bidang teologi dan kitab suci, ia membimbing sekelompok pelajar dalam studi Kitab Suci. Eusebius, salah seorang muridnya - yang kemudian dijuluki 'Bapa Sejarah Gereja' - sangat akrab dengannya. Bersama dia, Phamphilus menulis sebuah biografi tentang gurunya (buku biografi ini telah hilang) sambil terus mengembangkan perpustakaan Sesarea di atas. Ia memusatkan perhatian pada pengumpulan teks-teks Alkitab beserta komentar-komentarnya sehingga koleksinya menjadi sumber informasi penting bagi penerbitan suatu versi penulisan Kitab Suci yang secara tekstual lebih tinggi daripada versi-versi lainnya pada masa itu. Koleksi teks-teks Kitab Suci dan buku-buku lainnya di dalam perpustakaan ini merupakan sumbangannya yang utama bagi Gereja, karena memberikan data yang lengkap dan terpercaya tentang literatur-literatur Kristen perdana. Karya Santo Hieronimus dan Eusebius di bidang Sejarah Gereja dan Kitab Suci didasarkan pada informasi yang disediakan di dalam perpustakaan Pamphilus ini. Sayang sekali bahwa perpustakaan ini dan semua buku yang ada di dalamnya dirusakkan oleh orang-orang Arab pada abad ketujuh.
Kira-kira antara tahun 307 dan 308, Pamphilus ditangkap, dipenjarakan, dan disiksa karena imannya. Sementara berada di penjara, ia bersama Eusebius - yang juga dipenjarakan - menulis sebuah apologi untuk rnembela Origenes; sebagian fragmen dari tulisan ini kini masih ada. Karena ia menolak untuk membawa korban kepada dewa-dewa kafir selama aksi penganiayaan oleh Maximinus Daza, ia dipenggal kepalanya antara tahun 309 atau 310.


Santo Ahmed, Martir
Ahmed adalah saudara Almansur, kepala negeri Lerida di Spanyol. Bersama dengan kedua adiknya Zaida dan Zoraida, Ahmed bertobat mengikuti Kristus dan dipermandikan menjadi Kristen, masing-masing dengan nama permandian: Bernard, Maria dan Gracia. Setelah menjadi Kristen ketiga kakak-beradik ini berusaha mengkristenkan Almansur, kakak mereka, tetapi tindakan mereka ini justru mengakibatkan kematian mereka sebagai martir. Mereka ditangkap dan diserahkan ke tangan algojo untuk dibunuh.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

 

Liturgia Verbi 2017-05-31 Rabu.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari Biasa Pekan Paskah VII

Rabu, 31 Mei 2017

Pesta S.P. Maria Mengunjungi Elisabet



Bacaan Pertama
Zef 3:14-18a

"Tuhan, Raja Israel, ada di tengah-tengah kamu."

Pembacaan dari Nubuat Zefanya:

Bersorak-sorailah, hai puteri Sion,
bergembiralah hai Israel!
Bersukacitalah dan beria-rialah dengan segenap hati,
hai puteri Yerusalem!
Tuhan telah menyingkirkan hukuman yang dijatuhkan atasmu,
Ia telah menebas binasa musuhmu.
Raja Israel, yakni Tuhan, ada di tengah-tengahmu;
Engkau tidak akan takut lagi kepada malapetaka.

Pada hari itu akan dikatakan kepada Yerusalem,
"Janganlah takut, hai Sion!
Janganlah tanganmu menjadi lunglai!
Tuhan Allahmu ada di tengah-tengahmu
sebagai pahlawan yang memberi kemenangan.
Ia bersukaria karena engkau,
Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya,
dan Ia bersorak gembira karena engkau
seperti pada hari pertemuan raya."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Yes 12:2-3.4bcd.5-6,R:6b

Refren: Agunglah di tengah-tengahmu: Yang Kudus, Allah Israel.

*Sungguh, Allah itu keselamatanku;
aku percaya dengan tidak gementar;
sebab Tuhan Allah itu kekuatanku dan mazmurku,
Ia telah menjadi keselamatanku.

*Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan
dari mata air keselamatan.

*Bersyukurlah kepada Tuhan, panggillah nama-Nya,
beritahukanlah karya-Nya di antara bangsa-bangsa,
masyhurkanlah bahwa nama-Nya tinggi luhur!

*Bermazmurlah bagi Tuhan, sebab mulialah karya-Nya;
baiklah hal ini diketahui di seluruh bumi!
Berserulah dan bersorak-sorailah, hai penduduk Sion,
sebab Yang Mahakudus, Allah Israel, agung di tengah-tengahmu!



Bait Pengantar Injil
Luk 1:45

Berbahagialah dia yang telah percaya,
sebab firman Tuhan yang telah dikatakan kepadanya
akan terlaksana.



Bacaan Injil
Luk 1:39-56

"Siapakah aku ini
sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?"

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Beberapa waktu sesudah kedatangan Malaikat Gabriel,
bergegaslah Maria ke pegunungan
menuju sebuah kota di wilayah Yehuda.
Ia masuk ke rumah Zakharia
dan memberi salam kepada Elisabet.

Ketika Elisabet mendengar salam Maria,
melonjaklah anak yang di dalam rahimnya
dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus,
lalu berseru dengan suara nyaring,
"Diberkatilah engkau di antara semua wanita,
dan diberkatilah buah rahimmu.
Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?
Sebab sesungguhnya,
ketika salammu sampai kepada telingaku,
anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan.
Sungguh, berbahagialah dia yang telah percaya,
sebab firman Tuhan yang dikatakan kepadanya akan terlaksana."

Lalu kata Maria,
"Jiwaku memuliakan Tuhan,
dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku,
sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya.
Sesungguhnya,
mulai sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia,
karena Yang Mahakuasa
telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku,
dan nama-Nya adalah kudus.
Rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia.
Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya
dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya;
Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya,
dan meninggikan orang-orang yang rendah;
Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar,
dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa;
Ia menolong Israel, hamba-Nya,
karena Ia mengingat rahmat-Nya,
seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita,
kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya."

Kira-kira tiga bulan lamanya
Maria tinggal bersama dengan Elisabet,
lalu pulang kembali ke rumahnya.

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Hari ini Gereja mengajak kita untuk bersukacita, merayakan Pesta Santa Perawan Maria Mengunjungi Elisabet, peristiwa gembira yang kita kenang saat mendaraskan Doa Rosario.
Elisabet menerima setidaknya tiga sukacita.
Pertama karena ia menerima anugerah anak justru di usia lanjut dan telah diyakini kalau ia mandul.
Elisabet dipenuhi oleh Roh Kudus, dan ini tentu merupakan sukacita besar baginya, dan dengan spontan Elisabet mengungkapkan kegembiraannya, "Sungguh, berbahagialah dia yang telah percaya,
sebab firman Tuhan yang dikatakan kepadanya akan terlaksana."
Elisabet juga bersukacita bukan hanya karena Maria datang mengunjunginya, tetapi juga karena Tuhan yang ada dalam kandungan Maria juga datang mengunjunginya, sampai-sampai ia seolah tak percaya, "Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?"

Elisabet tidak bersukacita sepanjang hidupnya.
Malah lebih banyak ia mesti menderita karena berbagai sengsara yang mesti dihadapinya, sama seperti Maria.
Elisabet dan suaminya hidup tidak bercacat, menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan.
Zakharia, suaminya, adalah seorang imam.
Tentu saja hati Elisabet terganjal karena tidak bisa memberikan anak bagi suaminya karena ia mandul.
Dan coba kita bayangkan, dapatkah seorang ibu bersukacita kalau kepala anaknya dipenggal hanya sekedar sebagai hadiah kepada seorang penari?

Marilah kita refleksikan pengalaman hidup Elisabet ke dalam kehidupan kita masing-masing.
Apakah berbagai kesusahan hidup yang telah kita alami, dan sangat mungkin masih akan kita alami di masa mendatang, akan membuat kita menggerutu dan mengeluh saja?
Apa iya, kita mengaku sebagai pengikut Kristus tetapi enggan untuk memikul salib kita sendiri?
Bukankah sesungguhnya Roh Kudus telah berulang kali memenuhi kita, memberikan sukacita sebagai penghiburan?
Saya tidak mengajak Anda untuk bersyukur di atas kesusahan hidup, melainkan bersyukur karena sesungguhnya kita juga pernah merasakan sukacita, dan masih akan merasakannya di masa mendatang, karena Roh Kebenaran memang ditugaskan untuk menyertai kita mengarungi kehidupan di dunia ini.

Dan yang lebih penting, marilah kita teladani Bunda Maria untuk berbagi sukacita kepada sanak saudara dan handai-taulan.
Terlebih di jaman sekarang, mengunjungi saudara tidak mesti secara fisik, walaupun sesekali tentu baik jika mengunjungi dan bertatap muka.
Kita semua akan merasa senang kalau ada orang lain yang memperhatikan kita, yang mengasihi kita, dan yang memberi penghiburan di sela-sela kesusahan hidup kita.
Kita datang dengan membawa sukacita bagi yang kita kujungi, jangan sebaliknya.
Janganlah seperti pejabat yang kedatangannya justru bikin repot banyak orang.
Janganlah berbondong-bondong datang ke rumah sakit untuk menjenguk kerabat yang sedang opname di sana, tetapi berdoa dan memohon kesembuhan baginya tentu lebih baik.
Tentu ada banyak orang, yang akan merasa terhibur jika dikunjungi ketika ia terbaring di rumah sakit, makanya bezuk juga perlu kita lakukan.
Tetapi taatilah jam bezuk, supaya pasien dapat mengatur waktunya dengan lebih baik.
Masak kita mesti menyogok satpam supaya bisa masuk di luar jam bezuk?

Maka, marilah kita bersukacita, bergembira atas penghiburan dan pertolongan yang merupakan karunia Tuhan bagi kita.
Marilah bersorak-sorai karena Tuhan hadir di tengah-tengah kita, membaharui kita dengan kasih-Nya.



Peringatan Orang Kudus
Santa Perawan Maria rnengunjungi Elisabeth
Ketika malaekat Gabriel membawa khabar gembira kepada Maria, ia menyampaikan juga kepada Maria peristiwa ilahi perkandungan Elisabeth. Malaekat Gabriel mengatakan bahwa Elisabeth sedang mengandung seorang anak laki-laki pada usia tuanya. Bayi laki-laki itu adalah Yohanes Pemandi, yang akan menjadi perintis jalan bagi Yesus, Juru Selamat yang dijanjikan Allah.
Maria segera bergegas ke pegunungan Yudea, ke kota Karem, tempat tinggal Elisabeth dan Zakarias. Maria berangkat ke sana untuk melayani Elisabeth. Sebagaimana kata Injil, pertemuan itu merupakan suatu peristiwa kegembiraan baik bagi Elisabeth maupun anak yang dikandungnya. Dari mulut Elisabeth keluarlah kata-kata pujian ini: "Terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? . . . "Elisabeth juga menyebut Maria sebagai Yang Berbahagia karena Maria percaya akan Sabda Tuhan yang disampaikan malaekat kepadanya.
Maria tidak membantah kata-kata pujian Elisabeth. Sebaliknya, dalam terang ilahi dilihatnya bahwa Tuhan mau menyelamatkan bangsa-bangsa melalui rahimnya yang kudus. Bahwa dengan perantaraannya Tuhan mau datang ke tengah-tengah umatNya untuk menyelamatkan mereka. Bahwa Tuhan hendak menyerahkan bangsa-bangsa di bawah perlindungannya yang rahim.
Oleh karena itu, Maria segera menjawab kata-kata pujian Elisabeth dengan Magnifikatnya: "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya mulai sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia . . . ". Kira-kira Maria tinggal tiga bulan lamanya di rumah Elisabeth saudaranya dan menolongnya dalam urusan rumah tangga menyongsong kelahiran anak yang dikandung Elisabeth. Setelah itu, Maria kembali ke Nazareth.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

 

Liturgia Verbi 2017-05-30 Selasa.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari Biasa Pekan Paskah VII

Selasa, 30 Mei 2017



Bacaan Pertama
Kis 20:17-27

"Aku dapat mencapai garis akhir,
dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus."

Pembacaan dari Kisah Para Rasul:

Dalam perjalanannya ke Yerusalem
Paulus menyuruh seorang dari Miletus ke Efesus
dengan pesan supaya para penatua jemaat datang ke Miletus.
Sesudah mereka datang, berkatalah ia kepada mereka,
"Kamu tahu, bagaimana aku hidup di antara kamu
sejak hari pertama aku tiba di Asia ini:
dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan.
Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata
dan banyak mengalami pencobaan
dari pihak orang Yahudi yang mau membunuh aku.
Sungguhpun demikian
aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu.
Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu,
baik di muka umum
maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumahmu.
Aku senantiasa bersaksi
kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani,
supaya mereka bertobat kepada Allah
dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus.

Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem,
dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ
selain apa yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku,
bahwa penjara dan sengsara menunggu aku.
Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun,
asal saja aku dapat mencapai garis akhir
dan menyelesaikan pelayanan
yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku
untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.

Sekarang aku tahu,
bahwa kamu tidak akan melihat mukaku lagi,
kamu sekalian yang telah kukunjungi untuk memberitakan Kerajaan Allah.
Sebab itu pada hari ini aku bersaksi kepadamu,
bahwa aku bersih;
tidak bersalah terhadap siapa pun yang akan binasa.
Sebab aku tidak lalai memberitakan seluruh maksud Allah kepadamu."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 68:10-11.20-21,R:33a

Refren: Hai kerajaan-kerajaan bumi, menyanyilah bagi Allah!

*Hujan yang melimpah Engkau siramkan, ya Allah;
Tanah milik-Mu yang gersang Kaupulihkan,
sehingga kawanan hewan-Mu menetap di sana;
dalam kebaikan-Mu
Engkau memenuhi kebutuhan orang yang tertindas.

*Terpujilah Tuhan!
Hari demi hari Ia menanggung beban kita;
Allah adalah keselamatan kita.
Allah kita adalah Allah yang menyelamatkan,
Allah, Tuhanku, memberi keluputan dari maut.



Bait Pengantar Injil
Yoh 14:16

Aku akan minta kepada Bapa,
dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain,
supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya.



Bacaan Injil
Yoh 17:1-11a

"Bapa, permuliakanlah Anak-Mu."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:

Dalam perjamuan malam terakhir
Yesus menengadah ke langit dan berdoa,
"Bapa, telah tiba saatnya;
permuliakanlah Anak-Mu,
supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau.
Sama seperti Engkau telah memberikan kepada-Nya
kuasa atas segala yang hidup,
demikian pula Anak-Mu akan memberikan hidup yang kekal
kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-Nya.
Inilah hidup yang kekal itu,
yaitu bahwa mereka mengenal Engkau,
satu-satunya Allah yang benar,
dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.

Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi
dengan jalan menyelesaikan pekerjaan
yang Engkau berikan kepada-Ku untuk kulakukan.
Oleh sebab itu, ya Bapa,
permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri
dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.

Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang,
yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia.
Mereka itu milik-Mu
dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku,
dan mereka telah menuruti firman-Mu.
Sekarang mereka tahu,
bahwa semua yang Engkau berikan kepada-Ku itu
berasal dari pada-Mu.
Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku
telah Kusampaikan kepada mereka, dan mereka telah menerimanya.
Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari pada-Mu,
dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.

Aku berdoa untuk mereka.
Bukan untuk dunia Aku berdoa,
tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku,
sebab mereka adalah milik-Mu,
dan segala milik-Mu adalah milik-Ku dan milik-Ku adalah milik-Mu,
dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka.
Aku tidak lagi ada di dalam dunia,
tetapi mereka masih ada di dalam dunia,
dan Aku datang kepada-Mu."

Demikianlah sabda Tuhan



Renungan Injil
Sebagian besar kita mengenal Yesus dari orangtua kita, dan orangtua kita mengenal Yesus dari orang lain lagi, demikian seterusnya, kalau diurut-urut maka akan sampai kepada murid-murid Yesus.
Para murid ini mengenal Yesus karena memang Yesus memilih mereka menjadi murid-Nya.
Dan dari Yesus inilah para murid itu mengenal Bapa kita yang di Surga, mengenal-Nya sebagai satu-satunya Allah yang benar.
Maka kita patut bersyukur karena berkesempatan mengenal Allah yang benar itu.
Kita mengenal Allah bukan hanya karena Dialah penguasa tertinggi di seluruh jagat-raya dan segenap isinya, malah justru Dialah sumber kasih, sumber pengharapan dan sumber keselamatan jiwa.

Yesus sendiri, yang adalah Allah Putera, ketika diutus untuk datang ke dunia ini, mesti dibatasi kuasa yang tak terbatas milik-Nya itu, menjadi manusia sama seperti kita.
Soal Yesus mampu melakukan hal-hal mustahil bukanlah karena Yesus itu manusia melainkan karena Dia adalah Allah Putera.
Dalam prespektif manusia, Yesus juga bisa merasa iba, merasa sedih atau pun marah, sama seperti manusia pada umumnya yang tak luput dari rasa lapar, lelah dan sebagainya.

Ketika tugas perutusan-Nya telah dituntaskan, maka sudah semestinya Allah Bapa mempermuliakan Kristus kembali seratus persen menjadi Allah Putera dan segala kuasa-Nya mesti dikembalikan kepada-Nya, yakni kemuliaan yang sudah menjadi milik-Nya sebelum dunia ini ada.

Tetapi karya keselamatan yang telah dimulai oleh Yesus Kristus tidaklah berakhir dengan kembalinya Yesus ke rumah Bapa-Nya.
Warta keselamatan harus terus diberitakan sampai ke seluruh penjuru dunia, agar semakin banyak lagi orang yang diambil dan dipisahkan dari dunia ini, dari warga dunia menjadi warga Kerajaan Surga.
Kita adalah bagian dari tongkat-estafet itu, maka marilah kita juga mengambil bagian dalam tugas pewartaan itu, menjadi terang dan garam dunia.



Peringatan Orang Kudus
Santo Feliks I, Paus & Pengaku Iman
Feliks dikenal sebagai putra kaisar Konstantinus. la lahir di Roma kira-kira pada awal abad ketiga. Kehidupan masa mudanya dan usahanya menghayati lman Kristen tidak banyak diketahui.  Ada banyak cerita beredar di kalangan orang-orang Kristen tentang dirinya, namun kebenaran cerita itu diragukan. Oleh karena itu, para ahli mengadakan penelitian cermat tentang kehidupan Feliks.
Feliks menduduki Takhta Santo Petrus sebagai Paus pada tahun 269 dan memimpin Gereja Kristus sampai tahun 274. la dibunuh pada masa pemerintahan kaisar Aurelianus ketika ada penganiayaan terhadap orang-orang Kristen.  Ia dikuburkan di pemakaman para Paus di kuburan Santo Kallistus di Jalan Apia, Roma.


Santo Baptista Varani OSC Cap, Abbas
Baptista lahir pada tahun 1458. Ia seorang biarawan yang pandai dan dikaruniai banyak rahmat mistik. Pengalaman-pengalaman rohaninya yang dalam diabadikannya dalam beberapa buku yang sangat penting bagi peningkatan iman, terutama bagi peningkatan kebaktian terhadap Hati Kudus Yesus. Pemimpin biara Suster-suster Klaris di Chiara, Italia ini meninggal dunia pada tahun 1524.


Santo Ferdinandus dari Kastilia, Pengaku Iman
Ferdinandus adalah putra raja Alfonso dari kerajaan Leon, dan ratu Berengaria dari Kastilia. Ia lahir di sebuah kota dekat Salamanca, Spanyol pada tahun 1199. Ketika berumur 18 tahun, ia diangkat menjadi raja Kastilia. Kemudian ketika ayahnya Alfonso meninggal dunia pada tahun 1230, Ferdinandus diangkat lagi menjadi raja Leon. Dengan demikian ia menjadi raja baik di kerajaan Kastilia maupun di kerajaan Leon. Dia memerintah dua kerajaan ini sampai hari kematiannya pada tanggal 30 Mei 1252.
Sebagai raja, Ferdinandus membuktikan dirinya sebagai seorang penguasa yang adil dan bijaksana. Di masa kepemimpinannya, dua kerajaan yang diwariskan kepadanya oleh kedua orangtuanya digabungkan menjadi satu kerajaan. Masa pemerintahannya mempunyai arti yang sangat penting bagi sejarah Spanyol. la berusaha sekuat tenaga untuk menyebarkan agama Kristen di seluruh kerajaannya. Ia berhasil mengusir pergi orang-orang Moor dari seluruh wilayah Spanyol, termasuk kota-kota penting seperti Kordova (1236) dan Seville,(1248). Sampai saat kematiannya, hanyalah Granada dan Alicante masih berada di bawah pendudukan orang-orang Moor.
Selain usaha-usaha di atas, ia terus berjuang mempertahankan tegaknya ajaran iman yang benar terhadap rongrongan bidaah Albigensia.  Ferdinandus tergolong seorang raja yang beriman teguh. Ia berusaha memajukan perkembangan agama Kristen. la mendirikan banyak biara, merobah mesjid-mesjid menjadi katedral-katedral dan membantu rumah-rumah sakit dengan berbagai pemberian. Pada tahun 1242 ia mendirikan Universitas Salamanca sebagai pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Ketika ia meninggal dunia, ia dikuburkan di Katedral Seville dalam pakaian biara Ordo Ketiga Santo Fransiskus. Pada kuburnya terjadi banyak mujizat. Banyak orang menganggap dia sebagai Orang Kudus. Kekudusannya baru diakui Gereja 419 tahun setelah kematiannya oleh Sri Paus Klemens X (1670-1676) pada tahun 1671.


Santa Jeanne d'Arc, Pengaku Iman
Jean - nama panggilan Jeanne d'Arc - lahir pada tahun 1412 di Domreni, Prancis. Ayahnya Yakobus Arc dan ibunya Elisabeth mendidik dan membesarkannya menjadi seorang wanita petani yang rajin, peramah dan periang. Tetapi sebagaimana keadaan wanita desa lainnya, Jean tidak tahu membaca dan menulis.
Ketika berusia 13 tahun, Jean merasakan adanya suatu dorongan batin yang kuat untuk melibatkan diri dalam perjuangan menyelamatkan negerinya Prancis dari pendudukan tentara-tentara Inggris. Setahun kemudian tatkala ia sedang menjaga domba-domba di padang, Jean mengalami suatu penglihatan ajaib. Ia melihat suatu cahaya ajaib yang terang benderang. Dari dalam cahaya itu terdengar olehnya suara orang berkata: "Jean, anakku! Jadilah anak yang baik-baik! Tuhan akan melindungi dan menaungi engkau dengan kekuatan Roh Kudus. Ingatlah, pada suatu saat, engkau akan menolong raja untuk menyelamatkan Prancis dari bahaya peperangan dan dari pendudukan tentara Inggris". Dengan gentar Jean berlutut dan berkata: "Ah Tuhan, aku hanya seorang wanita petani yang miskin dan tak berdaya. Bagaimana mungkin aku dapat menolong raja. Aku tak tahu bagaimana harus berperang". Suara itu menjawab: "Jangan takut, Jean! Tuhan akan menolong engkau asal engkau percaya kepadaNya".
Waktu terus beredar. Ketika Jean berusia 16 tahun, suara ajaib itu didengarnya lagi. Kali, ini lebih tegas dan mendesak: "Waktunya sudah tiba. Dauphin, putra mahkota itu membutuhkan engkau. Pergilah ke istana dan mohonlah kepada panglima Robert agar mengizinkan engkau pergi menemui Dauphin".
Situasi Prancis saat itu kacau oleh amukan perang dan pendudukan tentara Inggris. Sementara itu, putra mahkota belum dinobatkan menjadi raja.  Jean, dengan iman yang kuat kepada Tuhan segera melaksanakan perintah ajaib itu. Ia pergi ke istana untuk menemui Robert.  "Aku membawa berita kepada Dauphin dari Tuhanku" katanya kepada Robert.
"Siapakah Tuhanmu itu?" tanya Robert. "Raja alam semesta" jawab Jean tegas. Mendengar jawaban itu, para serdadu menertawai dia. Tetapi Jean dengan tegas berkata: "Bawalah segera aku kepada Dauphin karena aku akan membantunya meraih kemenangan atas tentara Inggris".
Panglima Robert rnengabulkan permohonannya. la memberikan sepucuk surat pengantar kepada Jean agar bisa bertemu dengan Dauphin. Dengan kawalan enam orang serdadu, Jean berangkat ke Chinon, tempat Dauphin berada. Perjalanan mereka ke Chinon harus melewati suatu daerah yang dikuasai musuh. Namun Jean tidak gentar karena dia yakin bahwa Tuhan akan melindungi dia.
Ketika bertemu Dauphin, Jean berkata: "Aku, Jeanne d'Arc. Raja semesta alam mengutus aku kepadamu untuk menyampaikan pesan ini: "bahwa dalam waktu singkat tuan akan dinobatkan menjadi raja Prancis di Rheims". Aku diutusnya untuk membantumu dalam peperangan melawan tentara Inggris". Dauphin bersama para pengawalnya percaya. Lalu mereka mulai merencanakan siasat peperangan.
Jean diperlengkapi dengan pakaian perang dan seekor kuda putih. Jean sendiri memendekkan rambutnya agar telihat seperti seorang pria. Ia maju berperang dengan menunggangi seekor kuda putih sambil memegang bendera yang bertuliskan semboyan: Yesus-Maria. Bersama para serdadu Prancis, Jean berhasil memporakporandakan pasukan Inggris di Orleans.
Kemenangan ini memberi peluang emas untuk menyelenggarakan pesta penobatan Dauphin menjadi raja. Di Katedral Rheims, Dauphin dinobatkan menjadi raja Prancis dengan gelar Charles VII. Setelah penobatan itu, Jean memimpin lagi sepasukan tentara Prancis untuk merebut Paris dari tangan tentara Inggris. Tetapi mereka dipukul mundur dan menderita kekalahan besar. Jean sendiri ditangkap dan dibawa ke Inggris. Di sana ia dipenjarakan di istana Rouen selama sembilan bulan. Kemudian dia dihadapkan ke pengadilan Uskup Beauvais dengan tuduhan malakukan praktek sihir dan takhyul. Dalam persidangan yang berlangsnng sebanyak 15 kali, Jean dengan gigih membela diri dan dengan cemerlang membantah tuduhan palsu yang dikatakari tentang dirinya. la menolak tuntutan untuk mengungkapkan "suara-suara ajaib dari surga" yang didengarnya dahulu. Kepada para hakim, ia dengan tegas berkata: "Aku bukan tukang sihir. Panggilanku sungguh berasal dari Tuhan. Dalam semua tindakanku, aku selalu mengikuti perintah Tuhan dan petunjuk-petunjukNya. Aku bersedia mati demi nama Tuhanku". Mendengar kata-kata itu, para hakim semakin marah dan memerinta­kan para serdadu untuk menjalankan hukuman bakar hidup-hidup atas diri Jean dihadapan umum.
Jean menemui ajalnya karena keputusan tidak adil dari pengadilan pada tahun 1413 di Rouen. Ia digelari 'kudus' oleh Gereja bukan karena patriotismenya atau keberaniannya berperang, melainkan karena kesalehan hidupnya dan kesetiaannya dalam memenuhi kehendak Tuhan atas dirinya. Ia dihormati sebagai pelindung negeri Prancis.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

 

Liturgia Verbi 2017-05-29 Senin.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari Biasa Pekan Paskah VII

Senin, 29 Mei 2017



Bacaan Pertama
Kis 19:1-8

"Sudahkah kamu menerima Roh Kudus,
ketika kamu menjadi percaya?"

Pembacaan dari Kisah Para Rasul:

Ketika Apolos masih berada di kota Korintus,
Paulus sudah menjelajah daerah-daerah pedalaman Asia,
dan tiba di Efesus.
Di situ didapatinya beberapa orang murid.
Katanya kepada mereka, "Sudahkah kamu menerima Roh Kudus,
ketika kamu menjadi percaya?"
Akan tetapi mereka menjawab dia,
"Belum, bahkan kami belum pernah mendengar,
bahwa ada Roh Kudus."
Lalu kata Paulus kepada mereka,
"Kalau begitu dengan baptisan manakah kamu telah dibaptis?"
Jawab mereka, "Dengan baptisan Yohanes."
Kata Paulus, "Baptisan Yohanes adalah baptisan tobat,
dan Yohanes sendiri berkata kepada orang banyak,
bahwa mereka harus percaya kepada Dia
yang datang kemudian dari padanya, yaitu Yesus."

Ketika mereka mendengar hal itu,
mereka memberi diri dibaptis dalam nama Tuhan Yesus.
Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka,
turunlah Roh Kudus ke atas mereka,
dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat.
Jumlah mereka adalah kira-kira dua belas orang.

Selama tiga bulan Paulus mengunjungi rumah ibadat di situ
dan mengajar dengan berani.
Lewat pemberitaannya
ia berusaha meyakinkan mereka tentang Kerajaan Allah.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 68:2-3.4-5ac.6-7b,R:33a

Refren: Hai kerajaan-kerajaan bumi, menyanyilah bagi Allah.

*Allah bangkit, maka terseraklah musuh-musuh-Nya,
orang-orang yang membenci Dia melarikan diri dari hadapan-Nya.
Seperti asap hilang tertiup,
seperti lilin meleleh di depan api,
demikianlah orang-orang fasik binasa di hadapan Allah.

*Tetapi orang-orang benar bersukacita,
mereka beria-ria di hadapan Allah,
bergembira dan bersukacita.
Bernyanyilah bagi Allah, mazmurkanlah nama-Nya!
Nama-Nya ialah Tuhan!

*Bapa bagi anak yatim dan Pelindung bagi para janda,
itulah Allah di kediaman-Nya yang kudus;
Allah memberi tempat tinggal kepada orang-orang sebatang kara,
Ia mengeluarkan orang-orang tahanan, sehingga mereka bahagia.



Bait Pengantar Injil
Kol 3:1

Kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus,
carilah perkara yang di atas,
di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah.



Bacaan Injil
Yoh 16:29-33

"Kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:

Dalam amanat perpisahan-Nya
Yesus berkata bahwa akan tiba saat-Nya
bahwa Ia tidak lagi berbicara dengan memakai kiasan.
Maka para murid berkata kepada Yesus,
"Lihat sekarang Engkau berkata-kata terus terang
dan Engkau tidak memakai kiasan.
Sekarang kami tahu, bahwa Engkau mengetahui segala sesuatu
dan tidak perlu orang bertanya kepada-Mu.
Karena itu kami percaya, bahwa Engkau datang dari Allah."

Jawab Yesus kepada mereka, "Percayakah kamu sekarang?
Lihat, saatnya datang, bahkan sudah datang,
bahwa kamu dicerai-beraikan, masing-masing ke tempatnya sendiri
dan kamu meninggalkan Aku seorang diri.
Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku.
Semuanya itu Kukatakan kepadamu,
supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku.
Dalam dunia kamu menderita penganiayaan,
tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Hari ini kembali Yesus meneguhkan para murid-Nya, mempersiapkan mereka agar mampu menghadapi berbagai kesengsaraan yang akan dialami oleh para murid setelah Yesus kembali ke rumah Bapa-Nya, "Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia."

Nampaknya penganiayaan memang akan dialami oleh para murid Yesus, sebagai sesuatu yang tak terhindarkan.
Mengapa mesti demikian?
Bukankah Yesus telah mengalahkan dunia?
Ya, tugas Yesus bukan hanya menyelamatkan para murid-Nya saja, melainkan mesti menyelamatkan manusia sebanyak-banyaknya, kalau tak boleh menyebut semua manusia.
Begini yang disampaikan oleh Yesus, "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja;
tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah."   [Yoh 12:24]
Tentu yang dimaksudkan bukan hanya diri-Nya saja, melainkan juga berlaku bagi para murid-Nya itu.

Tetapi se buruk apa pun yang mesti dialami oleh orang-orang yang percaya kepada Kristus, tidak akan sampai iblis mengalahkan mereka karena Kristus-lah yang telah mengalahkan mereka.
Hal yang mungkin terjadi adalah ketidak-teguhan akan membuat orang mengalah kepada kuasa iblis.
Maka dari itu Yesus mengingatkan agar para murid tetap menguatkan hati mereka agar jangan sampai mengalah.
"Sudah menang kok ngalah sih?" kira-kira begitu.

Marilah kita saling meneguhkan satu dengan yang lain, agar jangan sampai terjadi, kita malah mengalah kepada kuasa iblis.



Peringatan Orang Kudus
Santa Teodosia dari Konstantinopel, Martir
Sebagai martir dari Konstantinopel, Teodosia adalah salah seorang martir dari Gereja Katolik Timur. la menderita penganiayaan hebat dari para  musuh Gereja pada abad kedelapan (745) pada masa pemerintahan kaisar Konstantin V.
Pada tahun 726, kaisar Byzantium Leo III mengeluarkan sebuah dekrit yang melarang pemujaan terhadap gambar-gambar kudus. Putranya Konstantin, yang menggantikan dia terus melanjutkan politiknya dalam memberantas praktek pemujaan terhadap gambar-gambar kudus. Ia memerintahkan pengrusakan atas sebuah lukisan Yesus yang termasyhur di biara Santo Anastasius di Konstantinopel. Teodosia sebagai seorang biarawati di biara itu mencoba menyembunyikan lukisan itu. Karena itu ia ditangkap dan dianiaya hingga mati.


Santo Max(iminus), Uskup
Max(iminus) adalah Uskup di kota Trier, Jerman. Ia meninggal di pengasingan ketika dibuang bersama Santo Atanasios dan Uskup-uskup lainnya karena melawan bidaah Arianisme. la meninggal pada tahun 346.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

 

Liturgia Verbi 2017-05-28 Minggu.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari Minggu Paskah VII

Minggu, 28 Mei 2017

Hari Minggu Komunikasi Sedunia.



Bacaan Pertama
Kis 1:12-14

"Dengan sehati mereka semua bertekun dalam doa."

Pembacaan dari Kisah Para Rasul:

Setelah Yesus diangkat ke surga,
dari bukit yang disebut Bukit Zaitun
kembalilah para rasul ke Yerusalem
yang hanya seperjalanan Sabat jauhnya.
Setelah tiba di kota,
naiklah mereka ke ruang atas tempat mereka menumpang.
Mereka itu ialah Petrus dan Yohanes,
Yakobus dan Andreas,
Filipus dan Tomas,
Bartolomeus dan Matius,
Yakobus bin Alfeus,
Simon orang Zelot dan Yudas bin Yakobus.
Dengan sehati mereka semua bertekun dalam doa
bersama dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus,
dan dengan saudara-saudara Yesus.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 27:1.4.7-8a,

Refren: Aku percaya akan melihat kebaikan Tuhan
di negeri orang-orang yang hidup.

*Tuhan adalah terang dan keselamatanku,
kepada siapakah aku harus takut?
Tuhan adalah benteng hidupku,
terhadap siapakah aku harus gemetar?

*Satu hal telah kuminta kepada Tuhan,
satu inilah yang kuingini;
diam di rumah Tuhan seumur hidupku,
menyaksikan kemurahan Tuhan dan menikmati bait-Nya.

*Dengarlah, ya Tuhan, seruan yang kusampaikan,
kasihanilah aku dan jawablah aku!
Wajah-Mu kucari, ya Tuhan,
seturut firman-Mu, "Carilah wajah-Ku!"



Bacaan Kedua
1Ptr 4:13-16

"Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus."

Pembacaan dari Surat Pertama Rasul Petrus:

Saudara-saudara terkasih,
bersukacitalah sesuai dengan bagian yang kamu dapat
dalam penderitaan Kristus.
Dengan demikian kamu pun boleh bergembira dan bersukacita
pada waktu Kristus menyatakan kemuliaan-Nya.
Berbahagialah kamu, jika dinista karena nama Kristus,
sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah, ada padamu.
Janganlah ada di antara kamu
yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri,
penjahat atau pengacau.
Tetapi, jika kamu harus menderita sebagai orang Kristen,
maka janganlah malu karena hal itu.
Malah kamu harus memuliakan Allah dalam nama Kristus itu.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Yoh 14:18

Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu;
Aku akan datang kembali kepadamu.



Bacaan Injil
Yoh 17:1-11a

"Bapa, permuliakanlah Anak-Mu."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:

Dalam perjamuan malam terakhir
Yesus menengadah ke langit dan berdoa,
"Bapa, telah tiba saatnya:
permuliakanlah Anak-Mu,
supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau.
Sama seperti Engkau telah memberi kepada-Nya
kuasa atas segala yang hidup,
demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal
kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-Nya.

Inilah hidup yang kekal itu,
yaitu bahwa mereka mengenal Engkau,
satu-satunya Allah yang benar,
dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.
Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi
dengan jalan menyelesaikan pekerjaan
yang Engkau berikan kepada-Ku untuk Kulakukan.
Oleh sebab itu, ya Bapa,
permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri
dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.

Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang,
yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia.
Mereka itu milik-Mu
dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku,
dan mereka telah menuruti firman-Mu.
Sekarang mereka tahu
bahwa semua yang Engkau berikan kepada-Ku itu
berasal dari pada-Mu.
Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku
telah Kusampaikan kepada mereka
dan mereka telah menerimanya.
Mereka tahu benar-benar bahwa Aku datang dari pada-Mu,
dan mereka percaya bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.
Aku berdoa untuk mereka.
Bukan untuk dunia Aku berdoa,
tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku,
sebab mereka adalah milik-Mu,
dan segala milik-Mu adalah milik-Ku,
dan milik-Ku adalah milik-Mu,
dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka.
Dan Aku tidak lagi ada di dalam dunia,
tetapi mereka masih ada di dalam dunia,
dan Aku datang kepada-Mu."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Hari Minggu Paskah Ke-7 adalah minggu terakhir dari masa Paskah, yang akan ditutup dengan Hari Raya Pentakosta minggu depan.
Bacaan Injil hari ini, tentang Yesus berdoa kepada Bapa-Nya pada malam perjamuan terakhir, termasuk bacaan yang sulit untuk dimaknai dan diresapi, karena komunikasi yang berlangsung memang merupakan "domain" surgawi, sesuatu yang masih terselubung dalam misteri surgawi, makanya kita hanya bisa menafsirkannya saja apa kira-kira yang didoakan oleh Yesus itu.

Yesus menyampaikan, "Bapa, telah tiba saatnya, permuliakanlah Anak-Mu."
Ya, sudah tiba saatnya bagi Yesus untuk melaksanakan tugas puncak perutusan-Nya di dunia ini, yakni menerima kemuliaan dari Bapa-Nya, bukan berupa sukacita besar, malah sebaliknya, tugas yang sangat berat, yakni "ditinggikan" di kayu salib.
Nampaknya nalar kita belum cukup untuk dapat memahami kemuliaan menurut perspektif surgawi.
Yesus Kristus itu mulia, sejak sebelum dunia ada, tak perlu dimuliakan lagi, cukup kemuliaan itu dinyatakan di bumi bahwa Yesus datang dari Surga, diutus oleh Allah Bapa.
Untuk itulah Yesus berdoa, yaitu untuk orang-orang yang percaya dan memuliakan Dia dengan mendengarkan dan menjalankan perintah-perintah-Nya.

Bukan tidak mungkin kita dipilih untuk "ditinggikan", entah berupa penghinaan, pengucilan, penistaan atau bentuk-bentuk kesengsaraan lainnya.
Kita mesti siap untuk itu, karena itulah cara kita memuliakan Kristus.



Peringatan Orang Kudus
Beata Margaretha Pole, Martir
Margaretha lahir di sebuah desa dekat kota Bath, Inggris Selatan pada tanggal 14 Agustus 1473. la dikenal sebagai seorang wanita bangsawan, pengiring Ratu Katarina, permaisuri pertama Raja Henry VIII.
Sepeninggal suaminya, Margaretha menjadi guru pribadi Putri Raja Maria, anak Henry VII. Dalam kedudukannya sebagai guru pribadi itu, Raja Henry VIII mengangkat Margaretha sebagai Pangeran Wanita Salisbury. Walaupun Henry mengenal baik kesucian hidup Margaretha, ia tidak segan-segan memecat Margaretha ketika Margaretha menentang perceraiannya dengan Katarina dan niatnya menikahi Anne Boleyn.
Karena Reginaldus, Putra Margaretha, yang kemudian menjadi seorang Kardinal mencela Henry karena tuntutannya untuk mengawasi Gereja, Henry memutuskan untuk melenyapkan keluarga Margaretha. Akhirnya Margaretha dipenggal kepalanya pada tahun 1541 karena dituduh mengkhianati raja. Margaretha dinyatakan sebagai 'Beata' (Yang Bahagia) pada tahun 1886.

Santo Wilhelmus, Biarawan
Wilhelmus adalah seorang jenderal dari kaisar Karokus Agung yang berhasil menundukkan suku Bask dan merebut Barcelona dari tangan orang Arab. Setelah kemenangan ini ia menjadi biarawan. Ia mendirikan sebuah biara di Gellone, Prancis.   Anehnya ialah bahwa dalam biara yang didirikannya itu, ia sendiri bekerja sebagai tukang roti dan koki. Ia meninggal dunia pada tahan 812.

Santo Bernardus dari Montjoux, Imam
Bernardus dari Montjoux dikenal sebagai pelindung para pencinta pegunungan Alpen dan para pendaki gunung. Untuk membantu para wisatawan, Bernardus bersama pembantu-pembantunya mendirikan dua buah rumah penginapan. Dari nenek moyangnya, ia diketahui berketurunan Italia. Tanggal kelahirannya tidak diketahui dengan pasti, tetapi hari kematiannya diketahui terjadi pada tanggal 28 Mei 1081 di biara Santo Laurensius, Novara, Italia.
Kisah masa kecilnya dan masa mudanya telah banyak dikaburkan oleh berbagai legenda. Meski demikian, suatu hal yang pasti tentang dirinya ialah tentang pendidikan imamatnya. Pendidikan imamatnya dijalaninya bersama Petrus Val d' Isere, seorang Diakon Agung di Keuskupan Aosta. Aosta adalah sebuah kota di Italia yang terletak di pegunungan Alpen dan berjarak 50 mil dari perbatasan Prancis dan Swiss.
Karena semangat kerasulannya yang tinggi, ia diangkat menjadi Vikaris Jenderal Keuskupan Aosta. Dalam jabatan ini, Bernardus membawa angin pembaharuan di antara rekan-rekannya, biarawan-biarawan Kluni di Burgundia. Ia berusaha mendorong mereka merombak aturan­aturan biara yang terlalu klerikal dan keras. Ia mendirikan sekolah-sekolah dan rajin mengelilingi seluruh wilayah diosesnya.
Pada Abad Pertengahan, peziarah-peziarah dari Prancis dan Jerman rajin datang ke Italia melalui dua jalur jalan di pegunungan Alpen. Banyak dari mereka mati kedinginan karena badai salju, atau karena ditangkap oleh para perampok di tengah jalan. Melihat kejadian-kejadian itu, maka pada abad kesembilan Bernardus berusaha mendirikan dua buah rumah penginapan di antara dua jalur jalan itu, tepatnya di gunung Jovis (Montjoux), yang sekarang dikenal dengan nama gunung Blanc. Dua rumah penginapan ini sungguh membantu para peziarah itu. Tetapi kemudian pada abad keduabelas, rumah-rumah itu runtuh diterpa badai salju. Sebagai gantinya, Bernardus mendirikan dua buah rumah penginapan baru, masing-masing terletak di dekat dua jalur jalan itu dengan sebuah biara berdiri di dekatnya. Kedua jalan ini sekarang dikenal dengan nama Jalan Besar dan Jalan Kecil Santo Bernardus. Untuk membina akhlak para petugas rumah penginapan dan anggota-anggota biarawan yang menghuni biara itu, Bernardus menerapkan aturan-aturan biara Santo Agustinus. Ia menerima pengakuan dan izinan khusus dari Sri Paus untuk membimbing para Novisnya dalam bidang karya pelayanan para wisatawan.
Karya mereka ini berkembang pesat dari hari ke hari didukung oleh seekor anjing pembantu. Tugas utama mereka ialah berusaha membantu para wisatawan dalam semua kesulitannya dengan makanan dan rumah penginapan, serta menguburkan orang-orang yang mati. Ketenaran karya pelayanan mereka ini kemudian berkembang dalam berbagai bentuk legenda. Kemurahan hati dan keramah-tamahan mereka menarik perhatian banyak orang, terutama keluarga-keluarga kaya. Keluarga-keluarga kaya ini menyumbangkan sejumlah besar dana demi kemajuan karya pelayanan Bernardus dan kawan-kawannya. Legende tentang anjing pembantu Santo Bernardus masih berkembang hingga sekarang.
Setelah berkarya selama 40 tahun lamanya sebagai Vikaris Jenderal Bernardus meninggal dunia pada tanggal 28 Mei 1081 di biara Santo Laurensius, Novara, Italia. Sri Paus Innocentius XI (1676-1689) menggelari dia 'Kudu'" pada tahun 1681. Dan pada tahun 1923 oleh Sri Paus Pius XI (1922-1939), Bernardus diangkat sebagai pelindung para pencinta pegunungan Alpen dan para pendaki gunung.

Santo Germanus dari Paris, Pengaku Iman
Germanus atau Germain dikenal luas karena cinta kasihnya yang besar kepada orang-orang miskin dan gelandangan, dan karena kesederhanaan hidupnya. Ia lahir di Autun, Prancis pada tahun 496.
Setelah menjadi imam, ia diangkat menjadi abbas biara Santo Symphorianus, yang terletak tak jauh dari Autun. Di sini ia menjalani suatu kehidupan asketik yang keras dan giat membantu orang-orang miskin; kadang-kadang ia mangundang pengemis-pengemis untuk makan bersamanya di biara. Ketika Raja Prancis, Childebert I (511-558), menunjuk dia menjadi Uskup Paris, ia tidak mengubah kebiasaan hidupnya yang keras dan perhatiannya kepada orang-orang miskin dan gelandangan. Menyaksikan teladan hidup Germanus, Raja Childebert sendiri akhirnya menjadi dermawan: senang membantu orang miskin, membangun biara-biara dan gereja-gereja. Salah satu gereja yang terkenal ialah gereja Santo Germanus yang didirikannya sesudah kematian Germanus.
Salah satu usaha utama Germanus ialah mendesak penghayatan cara hidup Kristen yang lebih baik di kalangan kaum bangsawan Prancis. Ia tidak henti-hentinya mengutuk orang-orang yang bejat cara hidupnya dan tidak tanggung-tanggung mengekskomunikasikan Charibert, Raja Frank yang hidupnya penuh dosa. Germanus meninggal dunia pada tanggal 28 Mei 576.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

 

Liturgia Verbi 2017-05-27 Sabtu.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari Biasa Pekan Paskah VI

Sabtu, 27 Mei 2017

PF S. Agustinus dari Canterbury, Uskup



Bacaan Pertama
Kis 18:23-28

"Apolos membuktikan dari Kitab Suci, bahwa Yesus adalah Mesias."

Pembacaan dari Kisah Para Rasul:

Paulus meninggalkan Korintus
dan kembali ke kota Antiokhia di Siria.
Setelah beberapa hari lamanya tinggal di Antiokhia,
ia berangkat, dan menjelajahi seluruh tanah Galatia dan Frigia
untuk meneguhkan hati semua murid.
Sementara itu datanglah ke Efesus
seorang Yahudi bernama Apolos,
yang berasal dari Aleksandria.
Ia seorang yang fasih berbicara
dan sangat mahir dalam soal-soal Kitab Suci.
Ia telah menerima pengajaran dalam Jalan Tuhan.
Dengan bersemangat ia berbicara
dan dengan teliti ia mengajar tentang Yesus;
tetapi ia hanya mengetahui baptisan Yohanes.
Ia mulai mengajar dengan berani di rumah ibadat.
Setelah Priskila dan Akwila mendengarnya,
mereka membawa Apolos ke rumah mereka
dan dengan teliti menjelaskan kepadanya Jalan Allah.

Karena Apolos ingin menyeberang ke Akhaya,
saudara-saudara di Efesus mengirim surat kepada murid-murid di situ,
supaya mereka menyambut dia.
Setibanya di Akhaya,
Apolos oleh kasih karunia Allah,
menjadi seorang yang sangat berguna
bagi orang-orang yang percaya.
Sebab dengan tak jemu-jemunya
ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum
dan membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 47:2-3.8-9.10,R:8a

Refren: Allah adalah Raja seluruh bumi!

*Hai segala bangsa, bertepuktanganlah,
elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai!
Sebab Tuhan, Yang Mahatinggi, adalah dahsyat,
Raja agung atas seluruh bumi.

*Sebab Allah adalah Raja seluruh bumi,
bermazmurlah dengan lagu yang paling indah!
Allah merajai segala bangsa,
di atas takhta-Nya yang kudus Ia bersemayam.

*Para pemimpin bangsa-bangsa berdatangan
bergabung dengan umat Allah Abraham.
Sebab segala perisai di atas bumi adalah milik-Nya;
sangat agunglah Dia!



Bait Pengantar Injil
Yoh 16:28

Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia;
kini Aku meninggalkan dunia lagi dan pergi kepada Bapa.



Bacaan Injil
Yoh 16:23b-28

"Bapa mengasihi kamu, karena kamu telah mengasihi Aku dan percaya."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:

Dalam amanat perpisahan-Nya
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa,
akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku.
Sampai sekarang
kamu belum meminta sesuatu pun dalam nama-Ku.
Mintalah maka kamu akan menerima,
supaya penuhlah sukacitamu.

Semuanya ini Kukatakan kepadamu dengan kiasan.
Akan tiba saatnya
Aku tidak lagi berkata-kata kepadamu dengan kiasan,
tetapi terus terang memberitakan Bapa kepadamu.
Pada hari itu kamu akan berdoa dalam nama-Ku.
Dan tidak Kukatakan kepadamu,
bahwa Aku meminta bagimu kepada Bapa,
sebab Bapa sendiri mengasihi kamu,
karena kamu telah mengasihi Aku
dan percaya bahwa Aku datang dari Allah.

Aku datang dari Bapa dan Aku datang ke dalam dunia;
kini Aku meninggalkan dunia lagi dan pergi kepada Bapa."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Sesungguhnya Allah Bapa sangat mengasihi umat manusia, semuanya tanpa kecuali dan tanpa pilih kasih.
Tetapi sayangnya manusia lalu membangun jurang pemisah melalui perbuatan dosa, perbuatan yang tentu saja tidak berkenan di hadapan Allah Bapa.
Maka Allah Bapa menuntut pertanggung-jawaban atas perbuatan dosa manusia itu, melalui penghakiman dan penghukuman.
Tentu saja Allah Bapa ingin "berdamai" dengan manusia yang notabene diakui-Nya sebagai anak-Nya, tetapi tidak semua manusia mau menyudahi "pertikaian"-nya dengan Tuhan.
Sebetulnya cukup dengan niat dan upaya maka "islah" pun segera terjadi.
Tetapi jika jatuh-lagi jatuh-lagi dalam perbuatan dosa, bukankah Allah Bapa akan menganggap ini hanya bermain-main saja?

Tentu Bapa kita tidak menginginkan terjadinya jalan buntu yang menuju ke arah perdamaian.
Oleh sebab itu, diutuslah Allah Putera untuk menjadi "perantara", mediator atau penengah supaya perdamaian bisa lebih cepat terwujud.
Mediasi melalui Yesus Kristus ini merupakan "fasilitas" khusus bagi orang-orang yang percaya kepada Kristus, untuk menuju kepada Allah Bapa.
Kira-kira seperti jalur VIP di bandara.
Tentu saja kita bisa menempuh jalur umum yang memang tersedia di bandara, namun alangkah indahnya jika kita mendapat fasilitas khusus menempuh jalur VIP, dijemput atau diantar sampai ke tangga pesawat dengan kendaraan khusus.

Apa jaminan yang diberikan oleh Yesus sebagai perantara kita?
"Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu minta kepada Bapa,
akan diberikan-Nya kepadamu dalam nama-Ku."
Dan yang ini juga disampaikan oleh Yesus sendiri, "Pada hari itu kamu akan berdoa dalam nama-Ku."
Hari yang dimaksud oleh Yesus itu telah tiba, maka pada hari ini juga kita berdoa kepada Allah Bapa dalam nama Yesus Kristus.
Maka, marilah kita berdoa.



Peringatan Orang Kudus
Santo Agustinus dari Canterbury, Uskup dan Pengaku Iman
Agustinus dikenal sebagai Uskup Agung dari Canterbury, Inggris. Kehidupan masa mudanya, demikian juga masa kecilnya, tidak diketahui dengan pastl, kecuali bahwa ia berasal dari sebuah keluarga berkebangsaan Roma.
Ia masuk biara Benediktin Santo Andreas yang didirikan oleh Gregorius Agung. Oleh Paus Gregorius ini, Agustinus bersama 39 orang temannya diutus ke Inggris untuk mempertobatkan orang-orang Inggris yang masih kafir. la menjadi pemimpin rombongan itu. Di antara rekan­rekannya, Agustinus dikenal sebagai Ahli Kitab Suci dan berjiwa rasul. Perjalanan dari Roma ke Inggris cukup melelahkan, bahkan menakutkan mereka karena banyak cerita ngeri yang beredar tentang orang-orang Inggris yang menjadi sasaran karya misi mereka. Sebagai pemimpin rombongan, Agustinus berusaha meneguhkan kawan-kawannya.
Melihat ketakutan yang semakin besar itu, Agustinus memutuskan untuk kembali ke Roma guna mendiskusikan dengan Paus Gregorius tentang kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi. Dengan iman dan semangat yang baru, Agustinus kembali menemui kawan-kawannya sambil membawa surat kuasa dari Sri Paus. Surat kuasa dan doa Sri Paus Gregorius membuat mereka berani lagi untuk melanjutkan perjalanan menuju Inggris. Mereka melewatkan musim dingin di Paris, lalu melanjutkan perjalanan pada musim semi tahun 597. Mereka mendarat di Thanet, dan dari sini mereka menantikan izinan dari raja untuk memasuki Irrggris. Beberapa orang juru bahasa diutus menghadap raja Ethelbert. Beberapa hari kemudian, raja Ethelbert sendiri datang menemui para rahib itu. Ia memberikan jaminan keselamatan kepada Agustinus dan kawan-kawannya sehingga mereka tidak mengalami banyak hambatan dalam tugasnya.
Para rahib berarak menemui raja dengan membawa sebuah Salib Suci dan gambar Yesus sambil bernyanyi sehingga arakan itu terasa khidmat dan mengesankan. Oleh raja mereka diizinkan mewartakan Injil dan menetap di ibukota Inggris, Canterbury. Rejeki hidup harian mereka pun dijamin oleh raja. Mereka mulai menjalankan aturan hidup biara Benediktin seperti biasa sambil mewartakan Injil dan mengajar agama. Teladan hidup mereka yang saleh menarik hati penduduk. Raja sendiri dan beberapa pembantunya minta diajari agama dan akhirnya dibaptis pada Pesta Pentekosta.
Pada hari raya Natal 597 lebih dari 10.000 orang Anglosakson dipermandikan. Hasil ini sangat menggembirakan hati para misionaris Benediktin itu. Peristiwa itu diberitakan kepada Sri Paus Gregorius Agung. Sri Paus membalas surat Agustinus dan kawan-kawannya sambil mengajak mereka agar tetap rendah hati: "Apabila engkau mengingat bahwa engkau selalu berdosa terhadap penciptamu dengan perkataan, perbuatan dan kelalaian, baiklah ingatan itu pun melenyapkan segala kesombongan yang mungkin timbul dalam hatimu".
Sebagai Uskup Agung Canterbury, Agustinus sungguh berjasa bagi Gereja Katolik Inggris. Ia adalah perintis Gereja di sana. Ia membuka dua keuskupan lagi di Inggris, tetapi tidak dapat mempersatukan umat Britania yang telah lama menjadi Kristen itu. Tetapi sebagai perintis, ia sangat berjasa untuk menghantar orang-orang Anglosakson kepada pengenalam akan Kristus dan InjilNya.
Pada tanggal 26 Mei 604, Agustinus meninggal dunia dan dimakamkan di luar tembok kota Canterbury, dekat sebuah gereja baru yang dibangunnya.


Santo Yulius, Martir
Veteran Romawi ini menjalani dinas militer selama 27 tahun. Ia ditangkap karena memeluk agama Kristen. Bersama dengan Santo Valensio dan Santo Hesikius, ia dipenjarakan di Silistria, Rumania sampai dijatuhi hukurnan pancung karena tak mau menyembah berhala.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

 

Liturgia Verbi 2017-05-26 Jumat.

Liturgia Verbi (A-I)
Hari Biasa Pekan Paskah VI

Jumat, 26 Mei 2017

PW S. Filipus Neri, Imam

Novena Pentakosta Hari Pertama.



Bacaan Pertama
Kis 18:9-18

"Banyak umat-Ku di kota ini!"

Pembacaan dari Kisah Para Rasul:

Ketika Paulus ada di kota Korintus,
Tuhan berfirman kepadanya pada suatu malam
di dalam suatu penglihatan,
"Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam!
Sebab Aku menyertai engkau
dan tidak ada seorang pun
yang akan menjamah dan menganiaya engkau,
sebab banyak umat-Ku di kota ini."
Maka tinggallah Paulus di situ selama satu tahun enam bulan,
dan ia mengajarkan firman Allah di tengah-tengah mereka.

Akan tetapi setelah Galio menjadi gubernur di Akhaya,
bangkitlah orang-orang Yahudi bersama-sama melawan Paulus.
Mereka membawa dia ke depan pengadilan.
Kata mereka,
"Ia ini berusaha meyakinkan orang untuk beribadah kepada Allah
dengan jalan yang bertentangan dengan hukum."

Ketika Paulus hendak mulai berbicara,
berkatalah Galio kepada orang-orang Yahudi itu,
"Hai orang-orang Yahudi,
sekiranya dakwaanmu mengenai suatu pelanggaran atau kejahatan,
sudahlah sepatutnya aku menerima perkaramu.
Tetapi kalau hal ini adalah perselisihan tentang perkataan,
nama, atau hukum yang berlaku di antara kamu,
maka hendaklah kamu sendiri mengurusnya;
aku tidak rela menjadi hakim atas perkara yang demikian."

Lalu Galio mengusir mereka dari ruang pengadilan.
Maka semua orang menyerbu Sostenes, kepala rumah ibadat,
lalu memukulinya di depan pengadilan itu;
tetapi Galio sama sekali tidak menghiraukan hal itu.

Paulus tinggal beberapa hari lagi di Korintus.
Lalu ia minta diri kepada saudara-saudara di situ,
dan berlayar ke Siria,
sesudah ia mencukur rambutnya di Kengkrea,
karena ia telah bernazar.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 47:2-3.4-5.6-7,R:8a

Refren: Allah adalah Raja seluruh bumi.

*Hai segala bangsa, bertepuktanganlah,
elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai!
Sebab Tuhan, Yang Mahatinggi, adalah dahsyat,
Raja agung atas seluruh bumi.

*Ia menaklukkan bangsa-bangsa ke bawah kuasa kita,
Ia menundukkan suku-suku bangsa ke bawah telapak kaki kita;
Ia memilih bagi kita tanah pusaka kita,
kebanggaan Yakub yang dikasihi-Nya.

*Allah telah naik diiringi sorak-sorai,
Tuhan mengangkasa diiringi bunyi sangkakala.
Bermazmurlah bagi Allah, bermazmurlah,
Kidungkanlah mazmur bagi Raja kita, kidungkanlah mazmur!



Bait Pengantar Injil
Luk 24:46.26

Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya.



Bacaan Injil
Yoh 16:20-23a

"Tidak ada seorang pun
yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:

Dalam amanat perpisahan-Nya
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap,
tetapi dunia akan bergembira;
kamu akan berdukacita,
tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita.

Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan,
tetapi sesudah ia melahirkan anaknya,
ia tidak ingat lagi akan penderitaannya,
karena kegembiraan bahwa
seorang manusia telah dilahirkan ke dunia.
Demikian juga kamu sekarang diliputi dukacita,
tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira,
dan tidak ada seorang pun
yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu.
Dan pada hari itu kamu tidak akan menanyakan apa-apa kepada-Ku.

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Tuhan telah menetapkan wanitalah yang mengandung dan melahirkan anak-anak bagi dia dan suaminya.
Sejak bayinya hadir di rahimnya, selama 9 bulan ibunya mesti membawa bayinya kemana pun ia pergi.
Ia juga mesti makan untuk dirinya dan juga anaknya, mesti menjaga asupan makanan yang sesuai kebutuhan ibu hamil, mesti menjaga agar jangan sampai keguguran, serta berbagai macam hal lain yang mesti ditanggung oleh ibunya.
Puncak penderitaan seorang ibu adalah saat persalinan, saat bayi mesti keluar dari rahim ibunya.
Oleh sebab itu, persalinan perlu dibantu untuk mempercepat, mengamankan serta mengurangi penderitaan sang ibu.
Tetapi setelah melahirkan, ibunya tidak lagi mengingat akan penderitaan itu, terganti oleh kegembiraan karena bayinya telah lahir, karena ada satu anggota baru dalam keluarganya.

Yesus mengambil persalinan sebagai analogi bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya dan melaksanakan perintah-perintah-Nya.
Kita semestinya termasuk di antara orang-orang itu, maka kita pun juga mengalami penderitaan karena keputusan untuk mengikuti Yesus.
Kita mesti menyangkal diri dan memikul salib masing-masing.
Tetapi ketika sudah sampai pada kesudahannya, segala penderitaan itu tidak lagi diingat-ingat karena telah tergantikan oleh sukacita.

Perhatikanlah, melalui perumpamaan tentang persalinan itu sebetulnya Yesus mengingatkan kita bahwa ada sukacita pada saat kesudahannya; inilah pengharapan yang mesti dijadikan landasan berpijak agar kita dapat melewati berbagai penderitaan itu.
Pengharapan ini menjadi penting, ibarat obat yang manjur, karena berbagai macam kekhawatiran bermunculan: apakah bayi dan ibunya akan selamat?  Apakah bayinya sehat, normal, lengkap dengan semua anggota tubuhnya, dan bahkan ada yang mengkhawatirkan jangan-jangan jenis kelamin bayinya tidak seperti yang diharapkan.
Jaman dahulu belum tersedia peralatan canggih seperti sekarang, belum ada USG untuk dapat mengetahui berbagai hal terkait kondisi bayi sekali pun masih di dalam kandungan.

Sebagai pengikut Kristus, yang mesti menyangkal diri dan memikul salib masing-masing, menempuh perjalanan hidup yang penuh penderitaan, adakah kita memiliki pengharapan yang dapat menguatkan niat dan tekad kita tetap menjadi pengikut Kristus?
Iya, janji Yesus yang disampaikan pada Bacaan Injil hari ini adalah pengharapan kita, "Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan bergembira, dan tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari padamu."
Oleh karenanya, mari kita teguhkan iman kita, dan menantikan saatnya pengharapan itu akan menjadi nyata, maka kita pun akan bersukacita karena berhasil melewati jalan yang sempit dan berdesak-desakan untuk menerima kehidupan kekal bersama Kristus.



Peringatan Orang Kudus
Santo Philipus Neri, Pengaku Iman
Riwayat hidup Philipus ini menggembirakan karena sifat dan kepribadiannya yang menarik. Pippo Buono, yang berarti Pippo yang Baik adalah nama panggilan Philipus semasa kecilnya. Ia lahir di Florence dari sebuah keluarga Notaris. la mendapat pendidikan yang baik terutama dalam Sastera Latin.
Pada tahun 1534 ia tiba di Roma. Ia bermaksud melanjutkan perjalanannya ke India tetapi Allah memilihnya menjadi Rasul Kota Abadi itu. Philipus yang pada waktu itu masih berstatus awam memberikan pengajaran kepada beberapa orang anak untuk memperoleh sedikit biaya hidup. Karyanya ini membuat banyak orang mengenal dia terutama di kalangan para pemuda. Banyak pemuda diundangnya ke rumahnya. Di sana mereka berdiskusi, menyanyi, berdoa dan kadang-kadang berlatih pidato singkat mengenai sesuatu pokok masalah tertentu. Pada mulanya tidak terlintas keinginan untuk membentuk suatu perkumpulan tetap. Tetapi kemudian mereka berkeputusan untuk membentuk suatu perkumpulan di bawah perlindungan suci Bunda Maria. Mereka hidup bersama dalam satu rumah tanpa mengikrarkan kaul-kaul.
Setelah Philipus Neri ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1551, perkumpulan ini berkembang meluas ke seluruh kota Roma. Philipus terus meningkatkan pelayanan kepada pemuda-pemuda itu. Kini ia menuntut agar para muridnya benar-benar menyerahkan diri seutuhnya kepada Tuhan. la tidak mengharapkan banyak dari para muridnya, kecuali keterarahan hatinya kepada Tuhan saja. Meskipun demikian perkumpulannya tidak terlalu keras.
Philipus Neri bukanlah seorang pemulih ketertiban, bukan juga seorang teolog kenamaan atau seorang politikus. Ia orang biasa, tetapi hidupnya merupakan rentetan mujizat yang tak henti-hentinya. Tidaklah jarang ia mengalami ekstase. Ia dapat membaca suasana batin orang lain dan mengenal rahasia-rahasia pribadi orang. Ia dapat meramalkan masa depan seseorang dan apa yang akan terjadi atas dirinya. Untuk menyembuhkan seseorang dari sakitnya, cukuplah ia menyentuh orang itu. Demikian juga semua orang yang gelisah dan susah hatinya karena berbagai masalah.
Beliau tetap riang-gembira, jujur, ramah kepada setiap orang. Ia memberi semangat dan harapan kepada orang-orang di sekelilingnya dengan kepercayaan, cinta kasih dan kegembiraannya, sehingga banyak orang terhibur karenanya. Setiap hari tempat pengakuannya dikerumuni oleh banyak orang, bahkan Kardinal-kardinal pun datang meminta nasehat dan bimbingannya.
Ia dijuluki 'Pelopor anti Reformasi'. Pada tanggal 26 Mei 1595 Philipus meninggal dunia dalam usia 80 tahun. la dihormati Gereja sebagai Rasul kota Roma.


Santa Mariana dari Quito, Pengaku Iman
Mariana de Paredes Y. Flores yang dijuluki "Bunga Lili dari Quito" lahir di Quito, Ekuador pada tahun 1618.  Ayahnya seorang bangsawan kaya raya Spanyol. Tetapi sayang sekali bahwa semenjak kecilnya, Mariana sudah ditinggal mati kedua orangtuanya. Hidupnya ditanggung oleh seorang kakaknya perempuan yang sudah berumah tangga.
Meski hidup sebagai anak yatim-piatu, Mariana memiliki suatu keistimewaan adikoderati. Semenjak kecilnya, ia sudah menaruh minat besar pada hal-hal kerohanian dan kehidupan bakti kepada Tuhan. la rajin sakali berdoa dan mengikuti perayaan Misa Kudus. Sebelum batas waktu untuk menerirna Komuni Suci seperti ditentukan aturan Gereja, ia sudah diperkenankan oleh Pastor Paroki untuk menerima Komuni Suci. Ketika berusia 12 tahun, ia mengatakan kepada kakaknya niatnya untuk membentuk sebuah perkumpulan untuk mempertobatkan bangsa Jepang yang masih kafir. Niat luhur ini gagal. Sebagai gantinya, ia berniat lagi menjalani hidup bertapa di daerah pegunungan dekat Quito. Niat ini pun gagal lagi. Kawan-kawannya mendesak dia masuk biara. Namun semuanya ini selalu saja menemui jalan buntu.
Menyaksikan semua kegagalan ini, ia mulai menyadari bahwa Tuhan mempunyai suatu rencana lain atas dirinya. Tuhan lebih menghendaki agar dia tetap tinggal di rumah kakaknya sambil menjalani hidup menyendiri dalam semangat kemiskinan, matiraga dan doa-doa. Untuk itu dengan bantuan kakaknya, ia membangun sebuah gubuk sederhana guna melaksanakan rencana Tuhan itu di bawah bimbingan seorang imam Yesuit sebagai pembimbing rohani dan bapa pengakuan. Dia tidak pergi ke mana-mana kecuali ke Gereja untuk berdoa dan merayakan Misa Kudus.
Matiraganya sangat luar biasa. Hal ini mengkuatirkan banyak orang di sekitarnya, bahkan membuat mereka bertanya-tanya 'Mengapa Bapa Pengakuannya membiarkan gadis remaja ini menjalani hidup sekeras itu?' Setiap hari Jumat malam, ia berbaring di dalam sebuah peti mayat seperti layaknya seseorang yang benar-benar mati. Tangan dan kakinya diikatnya dengan rantai. Sementara itu, waktu tidurnya dalam sehari hanya tiga jam saja. Sisa waktunya dipakai untuk melakukan latihan rohani. Cara hidup ini memang aneh di mata kakaknya. Tetapi justru itulah kehendak dan rencana Allah atas dirinya. Sebagai pahalanya, Tuhan mengaruniakan kepadanya kemampuan meramal dan membuat mujizat.
Pada tahun 1645, kota Quito digetarkan oleh gempa bumi yang dahsyat disertai wabah penyakit menular yang ganas. Menghadapi bencana ini, timbullah tekad dalam hatinya untuk mengorbankan diri sebagai tebusan bagi dosa-dosa penduduk kota Quito. Tekad ini disampaikannya secara tegas kepada Tuhan. Gempa dahsyat itu berhenti, demikian pula wabah penyakit menular itu.  Sebagai gantinya, Mariana sendiri jatuh sakit demam komplikasi berat sampai akhirnya meninggal dunia pada tanggal 26 Mei 1645 dalam usianya 25 tahun. Segenap penduduk kota Quito yang selamat dari bahaya maut itu sangat sedih karena kematian Mariana. Mereka menyebut dia 'Bunga Lili dari Quito' karena kesalehan hidupnya di tengah-tengah penduduk kota yang buruk kelakuannya. Ia digelari 'kudus' pada tahun 1950.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi

 

Liturgia Verbi 2017-05-25 Kamis.

Liturgia Verbi (A-I)
HR Kenaikan Tuhan

Kamis, 25 Mei 2017



Bacaan Pertama
Kis 1:1-11

"Mereka melihat Dia terangkat ke Surga."

Pembacaan dari Kisah Para Rasul:

Hai Teofilus,
dalam bukuku yang pertama
aku menulis tentang segala sesuatu
yang dikerjakan dan diajarkan Yesus
sampai pada hari Ia terangkat.
Sebelum itu, berkat kuasa Roh Kudus,
Ia telah memberi perintah kepada rasul-rasul yang dipilih-Nya.
Setelah penderitaan-Nya selesai,
Ia menampakkan diri kepada mereka,
dan dengan banyak tanda Ia membuktikan bahwa Ia hidup.
Sebab selama empat puluh hari
Ia berulang-ulang menampakkan diri
dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah.

Pada suatu hari,
ketika makan bersama-sama dengan mereka,
Yesus melarang mereka meninggalkan Yerusalem,
dan menyuruh mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa,
yang -"telah kamu dengar dari pada-Ku.
Sebab  --- beginilah kata-Nya ---
"Yohanes membaptis dengan air,
tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus."

Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ,
"Tuhan,
pada masa inikah Engkau mau memulihkan Kerajaan bagi Israel?"
Jawab-Nya,
"Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu,
yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya.
Tetapi kamu akan menerima kuasa,
dan kamu akan menjadi saksi-Ku
di Yerusalem, di seluruh Yudea dan Samaria,
bahkan sampai ke ujung bumi."
Sesudah mengatakan demikian,
terangkatlah Yesus disaksikan oleh murid-murid-Nya,
sampai awan menutup-Nya dari pandangan mereka.
Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Yesus naik,
tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka,
dan berkata kepada mereka,
"Hai orang-orang Galilea,
mengapakah kamu berdiri menatap langit?
Yesus yang terangkat ke surga meninggalkan kamu ini,
akan datang kembali
dengan cara yang sama seperti kamu lihat Dia naik ke surga."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 47:2-3.6-7.8-9,R:6

Refren: Allah telah naik diiringi sorak-sorai,
Tuhan mengangkasa diiringi bunyi sangsakala.

*Hai segala bangsa, bertepuk-tanganlah,
elu-elukanlah Allah dengan sorak-sorai!
Sebab Tuhan, Yang Mahatinggi, adalah dahsyat,
Raja agung atas seluruh bumi.

*Allah telah naik diiringi sorak-sorai,
Tuhan mengangkasa diiringi bunyi sangkakala.
Bermazmurlah bagi Allah, bermazmurlah,
Kidungkanlah mazmur bagi Raja kita, kidungkanlah mazmur!

*Sebab Allah adalah Raja seluruh bumi,
bermazmurlah dengan lagu yang paling indah!
Allah merajai segala bangsa,
di atas takhta-Nya yang kudus Ia bersemayam.



Bacaan Kedua
Ef 1:17-23

"Allah mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya dalam surga."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus:

Saudara-saudara,
kepada Allah Tuhan kita Yesus Kristus,
yaitu Bapa yang mahamulia,
aku memohon supaya Ia memberikan kamu Roh hikmat dan wahyu
untuk mengenal Dia dengan benar;
supaya Ia menjadikan mata hatimu terang,
agar kamu mengerti
pengharapan apakah yang terkandung dalam panggilan-Nya;
yaitu betapa kaya kemuliaan yang dijanjikan-Nya
untuk diwarisi oleh orang-orang kudus,
dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya.
Kekuatan itu sesuai dengan daya kuasa Allah,
yang bekerja dalam Kristus,
yakni kuasa yang membangkitkan Kristus dari antara orang mati
dan mendudukkan Dia di sebelah kanan Allah dalam surga.
Di situ
Kristus jauh lebih tinggi dari segala pemerintahan dan penguasa,
kekuasaan dan kerajaan
serta tiap-tiap nama yang dapat disebut,
bukan hanya di dunia ini
melainkan juga di dunia yang akan datang.
Segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus
dan Dia telah diberikan allah kepada jemaat
sebagai Kepala dari segala yang ada.
Jemaat itulah tubuh-Nya, yaitu kepenuhan Diri-Nya,
yang memenuhi semua dan segala sesuatu.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Mat 28:19a.20b

Pergilah, dan ajarlah semua bangsa, sabda Tuhan.
Aku menyertai kamu sampai akhir zaman.



Bacaan Injil
Mat 28:16-20

"Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sesudah Yesus bangkit dari antara orang mati,
kesebelas murid berangkat ke Galilea,
ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka.
Ketika melihat Dia, mereka menyembah-Nya,
tetapi beberapa orang ragu-ragu.

Yesus mendekati mereka dan berkata,
"Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi.
Karena itu pergilah,
jadikanlah semua bangsa murid-Ku,
dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu
yang telah Kuperintahkan kepadamu.
Dan ketahuilah,
Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Hari ini adalah hari libur nasional, "Kenaikan Isa Almasih".
Kita merayakannya sebagai Hari Raya  kenaikan Tuhan kita, Yesus Kristus, kembali kepada Bapa di surga.
Bacaan Injil diambil dari perikop terakhir dari Injil Matius, yakni tentang perintah Yesus kepada ke sebelas rasul-Nya untuk memberitakan Injil kepada semua bangsa.

Sebelumnya Yesus telah menyampaikan bahwa akan terjadi banyak penderitaan, banyak murid yang murtad dan saling membenci, serta nabi palsu yang menyesatkan akan bermunculan.
Injil akan diberitakan di seluruh dunia, menjadi kesaksian bagi semua bangsa, dan sesudah itu barulah tiba kesudahannya.
Orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.

Apa yang disampaikan Yesus ini sekarang telah terbukti, sekali pun mungkin belum sampai pada kesudahannya.
Injil telah menyebar ke seluruh dunia, sekali pun belum semua bangsa dibaptis dan menjadi murid Yesus.
Terbukti pula telah terjadi perpecahan, Katolik adalah salah satu dari pecahan itu.

Perintah Yesus pada bacaan Injil hari ini, yang sering disebut sebagai Amanat Agung Kristus, nampaknya menjadi "momok" bagi orang-orang yang belum mengenal Kristus.
Perintah Yesus ini disinyalir sebagai upaya pemaksaan, intimidasi yang disertai iming-iming, padahal sama sekali Yesus tidak berkata, "Paksalah yang tidak mau dibaptis" atau "Bayarlah supaya mau dibaptis".
Sesungguhnya perintah Yesus itu baik, untuk membuat orang menjadi baik, dan tentu saja untuk menyelamatkan.
Bagi yang mendengarkan perintah Yesus ini, semestinya dipandang sebagai kabar gembira, bukan sesuatu yang mesti ditolak apalagi dilawan.
Setidaknya, janganlah mencegah orang lain untuk menjadi baik.



Peringatan Orang Kudus
Santo Gregorius VII, Paus dan Pengaku Iman
Saat terakhir kehidupan Gregorius dijalani di tempat pengasingan. Ia meninggal dunia di Salerno, Sisilia pada tanggal 25 Mei 1085. Ia seorang pencinta keadilan dan perdamaian. Hal ini dapat disimak dari kata-katanya yang terakhir sebelum ajalnya: "Aku telah mencintai keadilan dan perdamaian dan membenci kelaliman. Karena itu aku meninggal di pengasingan".
"Mencintai keadilan dan perdamaian dan berjuang untuk menegakkannya demi kebaikan Gereja" adalah warna dasar seluruh kehidupan Gregorius. Hildebrand, nama kecil Gregorius VII, lahir di Toskania, Italia Tengah pada tahun 1020 dari sebuah keluarga sederhana. Setelah menjadi rahib di sebuah biara Ordo Benediktin di luar negeri, ia dikirim belajar di biara Santa Maria di Roma. Karena kemampuan dan prestasinya sungguh luar biasa, ia dipindahkan ke Schola Cantorum, sebuah sekolah ternama di Roma. Di sini ia dibimbing oleh Yohanes Gratian, seorang imam yang menjadi Paus pada tahun 1045, dengan nama "Gregorius VI". Oleh Gregorius VI, Hildebrand diangkat menjadi Sekretaris Pribadi. Tetapi kemudian dalam Konsili Sutri pada tahun 1046 yang diprakarsai oleh Kaisar Jerman Henry III, Gregorius VI (1045-1046) - pengganti Paus Benediktus IX - dipaksa meletakkan jabatannya sebagai Paus karena dituduh melakukan praktek Simonia (= membeli jabatan Paus dengan uang). Sebagai gantinya, Konsili memilih Klemens II (1046-1047).
Setelah pemecatannya, Gregorius VI meninggalkan kota Roma dan mengungsi ke pegunungan Alpen ditemani oleh Hildebrand. Dari tempat pengungsian itu, Hildebrand pergi ke Jerman. Di sana ia menjalin hubungan erat dengan Uskup Bruno dari Toul. Bersama Uskup Bruno, ia ikut aktif membaharui kehidupan Gereja. Tatkala Uskup Bruno terpilih menjadi Paus (Paus Leo IX, 1049-1054), Hildebrand menemaninya ke Roma. Di sana ia ditahbiskan menjadi Diakon Agung, suatu jabatan penting yang bertugas mengurus hubungan Takhta Suci dengan negara-negara lain. Selain itu, ia dipercayakan jabatan sebagai pengawas keuangan kepausan. Sebagai rekan kerja terdekat Paus Leo IX, Hildebrand turut aktif melaksanakan berbagai program pembaharuan hidup menggereja.
Situasi Gereja pada masa itu sangat memprihatinkan. Berbagai kebiasaan buruk merajalela di kalangan raja-raja dan kaisar. Mereka tanpa segan-segan turut campur tangan dalam urusan-urusan yang sebenarnya menjadi urusan intern Gereja. Sering terjadi praktek pelantikan Imam dan Uskup dilakukan oleh raja atau kaisar, hanya karena dipandang dapat memberikan keuntungan kepada kerajaan atau kekaisaran. Jabatan Imam atau Uskup bahkan Paus dapat dibeli dengan uang. Soal kelayakan pribadi tidak diperhitungkan sama sekali. Kecuali itu, imam­imam pun tidak menghayati imamatnya dengan baik. Karya pembaharuan Gereja digalakkan untuk melenyapkan berbagai praktek itu.
Keberhasilan awal dari usaha Hildebrand diperolehnya di biara Santo Paulus di Roma. Dengan pengaruhnya yang besar ia berhasil mengembalikan citra kehidupan imamat di antara imam-imam yang hidup di dalam biara itu. Umat di Roma mulai bangkit lagi dengan semangat baru untuk menghayati imannya secara sungguh-sungguh. Oleh karena itu, ketika Leo IX rneninggal dunia, orang-orang Roma dengan suara bulat memilihnya menjadi pengganti Leo IX. Tetapi Hildebrand yang ketika itu sedang bertugas di Prancis segera meminta agar umat memilih saja orang lain. Ia sendiri pun berjuang untuk mengangkat Gebhard, Uskup kota Eichstadt sebagai pengganti Leo IX. Pada tahun 1055, Gebhard menjadi Paus dengan nama Viktor II (1055-1057). Sepeninggal Viktor II (1057), Frederick dari Monte Casino diangkat menjadi Paus dengan nama Stefanus IX (1057-1058). Setahun kemudian ia meninggal dunia dan diganti oleh Uskup Gerhard dari Florence dengan nama Nikolas II (1059-1061).
Pada masa kepemimpinan Paus Nikolas II terjadi dua peristiwa penting. Pertama, terbitnya dekrit pembaharuan aturan pemilihan Paus baru. Pemilihan ini sepenuhnya berada dalam tangan para Kardinal, tanpa campur tangan kaisar. Kedua, penandatanganan naskah perjanjian dengan bangsa Normandia yang menguasai Italia Selatan. Kedua peristiwa ini terjadi atas prakarsa Hildebrand, yang menjabat sebagai Diakon Agung. Peraturan baru mengenai pemilihan Paus mulai diterapkan Hildebrand pada waktu pemilihan Paus Aleksander II (1061-1073).
Sepeninggal Aleksander II, peraturan baru itu seolah tidak berlaku. Umat secara spontan dan suara bulat memilih Hildebrand sebagai Paus, mengingat kesalehan hidupnya dan berbagai prestasinya dalam menangani urusan-urusan Gereja. Karena berpegang teguh pada aturan pemilihan yang baru, Hildebrand bersikeras menolak keinginan umat itu. Namun akhirnya ia menerimanya juga karena ketulusan hati umat. la menduduki Takhta Santo Petrus dengan nama Gregorius VII (1073­1085).
Semenjak ia merestui keinginan umat untuk menjadi Paus, berbagai tugas berat yang menuntut penyelesaian segera bermunculan secara beruntun. Program pembaharuan yang telah dijalankannya selama 25 tahun terus dilanjutkan. Ia berjuang keras memberantas berbagai praktek buruk di kalangan awam (kaisar dan raja-raja) dan di kalangan pejabat­pejabat Gereja. Praktek memperjualbelikan jabatan Imam dan Uskup juga diberantasnya. la mengadakan sinode-sinode untuk membicarakan masalah-masalah itu sekaligus untuk mencarikan jalan keluarnya. la menegaskan kepada para Uskup agar tidak lagi membiarkan Gereja Kristus dipermainkan oleh kaum awam yang tidak bertanggungjawab. Ketegasannya dan pelbagai usaha pembaharuannya mendapat perlawanan keras dari kaum awam, terutama kaisar. Di Spanyol, Prancis, terutama di Jerman di bawah kaisar Hendrik IV, para imam dan kaum awam dengan keras menentang kebijaksanaan Gregorius VII. Meskipun demikian Gregorius tak tergoncangkan pendiriannya. Sebaliknya ia mengutus pembantu-pembantunya ke seluruh Eropa dengan kuasa penuh untuk memecat semua imam yang hidup tidak sesuai dengan imamatnya. Demikian juga semua orang yang menjadi imam dengan cara 'simonia'.
la menerbitkan sebuah dekrit yang dengan tegas melarang kaum awam, termasuk raja-raja dan kaisar untuk terlibat dalam hal pengangkatan pejabat-pejabat Gereja. la mengekskomunikasikan semua imam yang menduduki jabatan suci dengan cara yang tidak benar dan sah menurut aturan Gereja. Bahkan ia memecat beberapa Uskup Saxon dan menggantinya dengan orang-orang pilihannya sendiri. Sebagai reaksi, kaisar Hendrik IV mentahbiskan diakon Teobaldo sebagai Uskup Agung Milan, Italia Utara. Gregorius menentangnya dengan tindakanekskomunikasi.
Pada Misa Malam Natal 1075, Gregorius ditangkap dan dipenjarakan. Tetapi segera ia dibebaskan oleh umat Roma yang mencintainya. Hendrik segera mengadakan pertemuan dengan Uskup-uskup Jerman di Worms pada tahun 1076. Mereka menuduh Gregorius melakukan berbagai tindakan kriminal dan dengan tegas menyatakan bahwa pengangkatannya sebagai Paus adalah tidak sah. Lebih lanjut mereka mendesak agar Gregorius segera turun dari Takhta Santo Petrus.
Melihat bahwa Hendrik IV telah diekskomunikasikan oleh Gregorius, sejumlah besar Pangeran Jerman membelot dan bangkit melawan Hendrik. Mereka berkumpul di Tribur dan memberhentikan Hendrik sebagai kaisar Jerman. Menyaksikan situasi kacau ini, Hendrik segera mengambil tindakan berani yakni meminta pengampunan Paus. Dengan sejumlah kecil pengikutnya, ia berangkat menuju istana Kanossa, tempat peristirahatan Gregorius. Selama tiga hari, Hendrik berdiri di halaman istana Kanossa, sebagai seorang peniten yang mau bertobat. Mengingat kedudukannya sebagai seorang gembala umat yang berkewajiban mengampuni setiap umatnya yang bertobat, Gregorius akhirnya rela mengampuni Hendrik dan menarik kembali keputusan ekskomunikasinya setelah Hendrik berjanji untuk mentaati aturan-aturan yang ditetapkan Paus dan Hukum Gereja.
Pengampunan ini membebaskan dia dari dosanya sekaligus ancaman para Pangeran. la kembali ke Jerman untuk memulihkan kembali kedudukannya sebagai kaisar. Meski demikian, para Pangeran tidak mengakuinya lagi. Mereka mengangkat Rudolf, seorang Pangeran dari Swabia untuk menduduki takhta kekaisaran. Perang segera berkobar.Rudolf terbunuh dalam perang itu. Dengan demikian Hendrik kembali berkuasa.
Ia lalu kembali kepada perbuatannya, yakni mengangkat kaum awam untuk menduduki jabatan-jabatan Gereja. la mengancam Gregorius dengan mengangkat Guibertus, Uskup Agung Ravenna yang telah diekskomunikasikan Gregorius sebagai Paus tandingan, dengan nama Klemens III (1080-1100). Dan oleh Klemens III, Hendrik dinobatkan sebagai kaisar di Basilik Santo Petrus pada tanggal 31 Maret 1084.
Situasi ini tidak berakhir. Pangeran Robertus Guiscard, seorang sahabat Gregorius dari suku bangsa Normandia di Italia Selatan, berangkat ke Roma dengan kekuatan besar untuk memaksa Hendrik turun dari takhtanya. Dia berhasil mengalahkan Hendrik. Takhta Kepausan Gregorius kembali dipulihkan. Tetapi karena orang-orang Roma tidak suka kepada orang-orang Normandia, maka berkobarlah pertempuran hebat. Menghadapi kekacauan ini, Gregorius mengasingkan diri ke Salerno, Italia Selatan. Di sana ia mengampuni kembali orang-orang yang telah diekskomunikasikannya, kecuali Hendrik IV dan Guibertus. Di sana pula ia menghembuskan nafasnya yang terakhir pada tanggal 25 Mei 1085.
Gregorius VII, seorang Paus yang besar dan terkenal. Perjuangannya untuk menegakkan martabat Gereja dilanjutkan oleh Paus-paus yang menggantinya.


Santa Magdalena Sofia Barat, Pengaku Iman
Magdalena Sofia Barat (Madeleine Sophiebarat) lahir di Joigny, Burgundy, Prancis pada tanggal 12 Desember 1779. Di bawah bimbingan seorang kakaknya yang sudah menjadi imam, Magdalena dididik secara ketat dengan disiplin dan latihan-latihan matiraga. Pendidikan ini terasa sangat berat untuk seorang wanita yang masih muda belia. Namun itulah yang kiranya menjadi persiapan baik bagi Magdalena menuju keberhasilannya di masa depan.
Padu waktu itu, Varin, Pastor Paroki setempat memulai pembangunan sebuah perkumpulan yang mengabdikan diri secara khusus pada karya pendidikan bagi putri-putri. Perkumpulan ini menjadi bagian dari Serikat Yesus, dan dipersembahkan kepada perlindungan Hati Yesus yang Mahakudus. Ketika perkumpulan ini mulai berjalan, Magdalena bersama tiga orang kawannya mendaftarkan diri sebagai anggota pertama. Pada tahun berikutnya, keempat putri ini memulai kehidupannya di dalam perkumpulan itu sebagai postulan.
Setelah mendapat pendidikan intensif, Magdalena diutus ke kota Amiens untuk mengajar di sebuah sekolah yang ada di sana. Tugasnya sebagai guru dijalankannya dengan sangat baik. Dalam waktu singkat, ia mendirikan sebuah biara di kota itu. Ia sendiri menjadi pemimpin biara itu, meskipun usianya masih tergolong muda sekali, yaitu 23 tahun. Kepribadiannya yang menarik, kesalehan dan kebijaksanaannya membuat dia mampu membina biara ini dengan sukses. Magdalena memang seorang pemimpin yang penuh semangat dalam karya pengabdiannya. Pada usianya 26 tahun, ia mengumpulkan dan membina sekelompok guru yang bercita-cita membangun kembali Pendidikan Katolik bagi putri-putri, yang sudah tidak berjalan karena Revolusi Prancis.
Dalam waktu singkat kelompok guru yang tergabung di dalam Kongregasi Suster Hati Kudus (Sacre Coeur) ini menyebar ke seluruh Prancis untuk menjalankan misinya di bidang pendidikan bagi putri­putri. Magdalena sebagai pemimpin mendampingi suster-susternya dengan bijaksana dan penuh keberanian. Ia membimbing mereka sebagai pemimpin selama 63 tahun dengan hasil yang sangat memuaskan. Banyak sekolah dibukanya di banyak tempat. Di antara sekolah-sekolah itu, ada satu sekolah yang dikhususkan untuk menampung anak-anak dari biara Visitasi yang ada di Grenonle. Dari antaranya terdapat orang-orang penting seperti: BI Philippine Duchesne yang kemudian menyebarkan biara itu ke Amerika pada tahun 1818.
Kongregasi Hati Kudus ini kemudian mendapat pengakuan dan pengesahan dari Sri Paus Leo XII (1878-1903) pada tahun 1826. Pada tahun 1830, novisiatnya di Piters ditutup karena revolusi yang terjadi di negeri itu. Sebagai gantinya Magdalena mendirikan sebuah novisiat di Swiss.
Dalam kepemimpinannya, Magdalena senantiasa menyemangati para susternya untuk mencari kemuliaan Tuhan Yesus dengan bekerja keras menyucikan jiwa-jiwa. Semboyannya ialah "Memikul penderitaan untuk diri sendiri dan tidak membuat orang lain menderita". Kebaktiannya yang mendalam kepada Hati Yesus yang Mahakudus membuat hatinya sendiri tetap tenang sampai hari kematiannya di Paris pada tanggal 21 Mei 1865. Sampai wafatnya, ia telah mendirikan lebih dari 100 biara dan sekolah di 12 negara.


Santo Beda, Pengaku Iman dan Pujangga Gereja
Beda, yang bergelar "Venerabilis" lahir di Inggris kira-kira pada tahun 672. Pada usia 7 tahun, ia masuk biara Benediktin di Wearmouth, Inggris Utara di bawah pimpinan Abbas Benediktus Biscop. Kemudian, dari sana ia dipindahkan ke biara Santo Paulus di Jarrow sambil mengadakan kunjungan-kunjungan singkat ke Lindisfarne dan York. Pada umur 19 tahun ia ditahbiskan menjadi diakon dan pada tahun 704 ia ditahbiskan menjadi imam. la tetap berkarya di Jarrow dan terus melanjutkan kunjungan-kunjungan ke Lindisfarne dan York.
Kesucian, kepandaian dan kehalusan budinya membuat banyak orang tertarik kepadanya, dan rela menjadi muridnya. Hidupnya dipusatkan pada Ofisi Suci, studi, mengajar dan menulis. Dalam bidang studi, mengajar dan menulis, ia jauh lebih unggul dari rekan-rekannya yang lain. Berbagai pokok iman ditulisnya dan dipelajari di biara-biara. Pengaruhnya terasa sekali dalam sekolah-sekolah biara pada Abad Pertengahan. Buku-bukunya dipakai sebagai buku standar bagi pendidikan di biara-biara. Ia menulis berbagai buku ilmu pengetahuan antara lain: Fisika, sebuah buku tentang Waktu/Tarikh. Ia mempopulerkan ide penanggalan peristiwa-peristiwa sebelum dan sesudah Masehi, meskipun beliau bukanlah pencetusnya.
Karyanya yang terbesar ialah komentar-komentarnya tentang Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Beliau sendiri menganggapnya sebagai sumbangannya yang terbesar bagi Gereja. Pendekatannya terhadap Kitab Suci umumnya bersifat allegoris, walaupun ketika itu ia menempatkan tafsiran allegoris dan literer secara sejajar. Karyanya diwarnai oleh ortodoksinya dalam teologi dan dalam penggunaan bahasa Latin­nya yang klasik. Dalam penggunaan sumber-sumber untuk buku-bukunya, ia menambahkm komentar-komentarnya dan penelitiannya sendiri hingga karya-karya teologisnya tidak semata-mata merupakan kompilasi tetapi merupakan ungkapan pikiran dan kepribadiannya.
Santo Beda dikenal sebagai pintu masuk dalam Sejarah Gereja Inggris. Ia adalah kebanggaan orang Katolik Anglosakson dan satu-satunya Sarjana Gereja yang berkebangsaan Inggris. Karya-karyanya yang cemerlang tentang Ilmu Pengetahuan dan tentang Kitab Suci membuat dia digelar sebagai Pujangga Gereja. Ia meninggal dunia pada tahun 735.


Santa Maria Magdalena de Pazzi, Perawan
Maria Magdalena lahir di Florence pada tanggal 2 April 1566.  Magdalena adalah anak tunggal dari sebuah keluarga terkemuka di kota yang makmur dan indah itu. Semasa mudanya, tingkah lakunya menampakkan suatu keistimewaan. la berbudi halus dan memiliki pikiran yang tajam.
Pada umur 10 tahun, pada Pesta Khabar Malaekat ia menerima Komuni pertama dan oleh Bapa Pengakuannya ia diperbolehkan menerima Komuni Suci setiap hari. Hal ini merupakan sesuatu yang luar biasa. Ia selalu memberitahukan orangtuanya apabila ingin mengikuti perayaan Misa Kudus. Kebiasaannya ini lama kelamaan melahirkan dalam dirinya keinginan untuk mempersembahkan diri seutuhnya hanya kepada Yesus. Ia ingin hidup demi Yesus saja.
Keputusannya ini sungguh mengecewakan orangtuanya. Karena dengan demikian keluarga bangsawan itu tidak lagi mempunyai keturunan. Meskipun demikian kedua orangtuanya patuh pada kehendak Allah. Mereka yakin bahwa Tuhan mempunyai rencana yang baik pada mereka. Pada tahun 1582 Magdalena masuk biara Karmel "Maria Ratu pada Malaekat".
Magdalena sengaja memilih biara ini karena ia tahu bahwa di sana ia dapat rnenerima Komuni Suci setiap hari. Di dalam biara itu, Magdalena dengan sepenuh hati menaati semua peraturan biara dan menaati pimpinan biara. Ia mempunyai keyakinan bahwa tak satu pun peraturan dari tarekatnya tidak dikehendaki Roh Kudus. Ia tidak suka mengecualikan dirinya dalam menjalankan tapa dan pantang, kecuali hal itu diperintahkan oleh Tuhan. la sering mengalami penglihatan ajaib di mana Yesus mengajarinya tentang kediaman ilahi dalam hatinya demi menguatkan dia apabila dia ditimpa percobaan.
Suatu waktu datanglah berbagai cobaan dan sengsara menimpa dirinya. Selama lima tahun ia menanggung banyak penderitaan karena ditimpa berbagai jenis penyakit, siksaan batin yang berat dan lain-lainnya. Saat-saat itu, Magdalena benar-benar merasakan apa yang pernah dialami Yesus di atas salib ketika Allah Bapa seolah-olah meninggalkan Dia. Tatapi Magdalena tetap dengan tabah menjalani dan menanggung semuanya itu. Semboyannya ialah: "Bukan kematian, melainkan penderitaan". Memulihkan dosa-dosa, baik dosa pribadi maupun dosa-dosa seluruh umat manusia adalah cita-citanya yang utama. Sambil turut menanggung derita bersama Kristus, Magdalena ingin mengenakan pemulihan Penebus kepada manusia.
la tetap seorang suster yang rendah hati meskipun ia dianugerahi banyak karunia luar biasa. Pada Pesta Pentekosta tahun 1590, malam gelap yang penuh penderitaan itu habis dan ia dipilih menjadi pemimpin Novisiat hingga dua kali sampai dia diangkat menjadi pemimpin biara. Pada tahun 1607, Magdalena meninggal dunia setelah menderita penyakit yang berbahaya.


Novena Pentakosta dimulai besok (Jumat, 26 Mei 2017).
Tema Novena diambil dari Bacaan Misa pada hari yang bersangkutan.



http://liturgia-verbi.blogspot.co.id/
https://www.facebook.com/groups/liturgiaverbi