Liturgia Verbi 2016-08-01 Senin.




Senin Pekan Biasa XVIII
01 Agustus 2016

PW S. Alfonsus Maria de Liguori, Uskup dan Pujangga Gereja



Bacaan Pertama
Yer 28:1-17

"Hai Hananya, Tuhan tidak mengutus engkau!
Engkau telah membuat bangsa ini percaya kepada dusta."

Pembacaan dari Kitab Yeremia:

Peristiwa ini terjadi di kota Yerusalem
pada awal pemerintahan Zedekia, raja Yehuda,
yaitu dalam bulan yang kelima tahun yang keempat.
Nabi Hananya bin Azur, yang berasal dari Gibeon,
berkata kepadaku di rumah Tuhan,
di depan mata para imam dan seluruh rakyat:
"Beginilah sabda Tuhan semesta alam, Allah Israel:
'Aku telah mematahkan penindasan raja Babel.
Dalam dua tahun ini
segala perkakas rumah Tuhan
yang telah diambil dari rumah ini oleh Nebukadnezar, raja Babel,
dan yang diangkutnya ke Babel,
akan Kukembalikan ke tempat ini.
Juga Yekhonya bin Yoyakim, raja Yehuda,
beserta semua orang buangan dari Yehuda
yang dibawa ke Babel akan Kukembalikan ke tempat ini,'
demikianlah sabda Tuhan.
Sungguh, Aku akan mematahkan penindasan raja Babel itu!"

Lalu berkatalah nabi Yeremia kepada nabi Hananya
di depan para imam dan seluruh rakyat
yang berdiri di rumah Tuhan.
Kata nabi Yeremia, "Amin! Moga-moga Tuhan berbuat demikian!
Moga-moga Tuhan menepati perkataan-perkataan
yang kaunubuatkan itu
dengan mengembalikan perkakas-perkakas rumah Tuhan
dan semua orang buangan dari Babel ke tempat ini.
Hananya, dengarkanlah perkataan yang hendak kukatakan kepadamu
dan kepada seluruh rakyat ini.
Nabi-nabi yang ada sebelum aku dan sebelum engkau
dari dahulu kala telah bernubuat kepada banyak negeri
dan terhadap kerajaan-kerajaan yang besar
tentang perang dan malapetaka dan penyakit sampar.
Tetapi mengenai seorang nabi
yang bernubuat tentang damai sejahtera,
jika nubuat itu digenapi,
maka barulah ketahuan,
bahwa nabi itu benar-benar diutus oleh Tuhan."

Kemudian nabi Hananya mengambil gandar yang terpasang
pada tengkuk nabi Yeremia,
lalu mematahkannya.
Berkatalah Hananya di depan seluruh rakyat,
"Beginilah sabda Tuhan,
'Dalam dua tahun ini
begitu jugalah Aku akan mematahkan kuk Nebukadnezar, raja Babel,
dari tengkuk segala bangsa!"

Kemudian pergilah nabi Yeremia dari sana.
Dan sesudah nabi Hananya mematahkan gandar
dari tengkuk nabi Yeremia,
bersabdalah Tuhan kepada Yeremia,
"Pergilah katakanlah kepada Hananya,
'Beginilah sabda Tuhan:
Engkau telah mematahkan gandar kayu,
tetapi Aku akan membuat gandar besi sebagai gantinya!'
Sebab beginilah sabda Tuhan semesta alam, Allah Israel,
'Kuk besi akan Kutaruh ke atas tengkuk segala bangsa ini,
sehingga mereka takluk kepada Nebukadnezar, raja Babel.
Sungguh, mereka akan takluk kepadanya!
Malahan binatang-binatang di padang telah Kuserahkan kepadanya'."
Lalu berkatalah nabi Yeremia kepada nabi Hananya,
"Dengarkanlah, hai Hananya!
Tuhan tidak mengutus engkau,
dan engkau telah membuat bangsa ini percaya kepada dusta.
Sebab itu beginilah sabda Tuhan,
'Sungguh, Aku menyuruh engkau pergi dari muka bumi.
Tahun ini juga engkau akan mati,
sebab engkau telah menghasut rakyat murtad kepada Tuhan."

Maka matilah nabi Hananya dalam tahun itu juga,
pada bulan yang ketujuh.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 119:29.43.79.80.95.102,R:68

Refren: Ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku, ya Tuhan.

*Jauhkanlah jalan dusta dari padaku,
dan karuniakanlah hukum-Mu kepadaku.

*Janganlah sekali-kali mencabut firman kebenaran dari mulutku,
sebab aku berharap kepada hukum-hukum-Mu.

*Biarlah orang-orang takwa berpihak kepadaku,
orang-orang yang paham akan peringatan-peringatan-Mu.

*Biarlah hatiku tulus dalam ketetapan-ketetapan-Mu,
supaya jangan aku mendapat malu.

*Orang-orang fasik menantikan aku untuk membinasakan aku;
tetapi aku hendak memperhatikan peringatan-peringatan-Mu.

*Aku tidak menyimpang dari hukum-hukum-Mu,
sebab Engkaulah yang mengajar aku.



Bait Pengantar Injil
Mat 4:4b

Manusia hidup bukan saja dari makanan,
melainkan juga dari setiap sabda Allah.



Bacaan Injil
Mat 14:13-21

"Sambil menengadah ke langit Yesus mengucapkan doa berkat;
dibagi-bagi-Nya roti itu, dan diberikan-Nya kepada para murid. 
Lalu para murid membagi-bagikannya kepada orang banyak."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa,
setelah mendengar berita pembunuhan Yohanes Pembaptis,
menyingkirlah Yesus;
dengan naik perahu
Ia bermaksud mengasingkan diri ke suatu tempat yang sunyi.

Tetapi orang banyak mendengarnya
dan mengikuti Dia dengan mengambil jalan darat,
dari kota-kota mereka.
Ketika Yesus mendarat,
Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya,
maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka
dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit.

Menjelang malam para murid Yesus datang kepada-Nya dan berkata,
"Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam.
Suruhlah orang banyak itu pergi
supaya dapat membeli makanan di desa-desa."

Tetapi Yesus berkata kepada mereka,
"Mereka tidak perlu pergi. Kalian saja memberi makan mereka."
Jawab mereka,
"Pada kami hanya ada lima buah roti dan dua ekor ikan."
Yesus berkata, "Bawalah ke mari."
Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput.
Setelah itu Ia mengambil kelima buah roti dan kedua ekor ikan itu.
Sambil menengadah ke langit diucapkan-Nya doa berkat,
dibagi-bagi-Nya roti itu dan diberikan-Nya kepada para murid.
Para murid lalu membagi-bagikannya kepada orang banyak.
Mereka semua makan sampai kenyang.
Kemudian potongan-potongan roti yang sisa dikumpulkan
sampai dua belas bakul penuh.
Yang ikut makan kira-kira lima ribu orang pria,
tidak termasuk wanita dan anak-anak.

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Bacaan Pertama hari ini menuliskan perihal perseteruan Nabi Yeremia dengan Nabi Hananya.
Keduanya sama-sama bernubuat tentang pembebasan bangsa Israel dari penindasan raja Babel.
Tapi nubuatan Hananya kayaknya "lebih menarik hati", misalnya soal waktu pembebasan, Hananya mengatakan hanya dalam dua tahun itu akan terjadi, sementara Yeremia mengatakan 70 tahun.
"Sebab beginilah firman Tuhan: Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel, barulah Aku memperhatikan kamu. Aku akan menepati janji-Ku itu kepadamu dengan mengembalikan kamu ke tempat ini." [Yer 29:10]

Konflik di antara pemimpin umat akan menyengsarakan umat.
Umat seringkali dibuat bingung, mana yang tulen dan mana yang palsu, karena di antara yang berseteru itu semuanya mengaku asli.
Akibatnya, umat pun terbelah, sebagaian mengikuti pemimpin yang satu dan sebagian lainnya mengikuti pemimpin lainnya.
Ini terjadi sejak jaman dahulu dan terus berlanjut sampai sekarang.
Rasul Paulus dan Petrus misalnya, atau ketidak-harmonisan antara pastor paroki dengan pastor rekan yang terjadi di berbagai paroki.
Dan yang lebih banyak terjadi, konflik di antara sesama pemimpin keluarga, antara suami dengan istri, mertua dengan menantu, dan sebagainya.

Di dalam surat-suratnya, Rasul Paulus banyak sekali menulis tentang pentingnya persatuan di antara umat, pentingnya mencegah pertikaian di antara sesama pengikut Kristus.
Paulus mengibaratkan komunitas umat itu seperti tubuh, sekali pun anggotanya banyak, tetap merupakan satu tubuh.
Jika salah satu anggota tubuh menderita sakit, maka semua anggota lainnya turut merasakan kesakitan.
Jika satu anggota dihormati, semua anggota turut bersukacita.

Saya cukup sedih ketika mendapati di suatu paroki ada kelompok-kelompok umat, yang terbelah berdasarkan suku/asal-usul, meskipun tidak secara terang-terangan namun terasa sekali perpecahannya.
Situasi seperti ini tentu mudah untuk diprovokasi, terutama oleh para pemimpin gadungan; lalu banyak orang melupakan bahwa mereka itu saudara se-iman.



Peringatan Orang Kudus
Santo Alfonsus Maria de Liguori, Uskup dan Pujangga Gereja
Alfonsus Maria de Liguori lahir di sebuah kota dekat Napoli, Italia pada tanggal 27 September 1696. Ia meninggal dunia di Nocera pada tanggal 1 Agustus 1787.
Alfonsus berasal dari sebuah keluarga bangsawan Kristen yang saleh. Orangtuanya, Joseph de Liguori dan Anna Cavalieri mendidik dia dengan baik dalam hal iman dan cara hidup Kristiani. Ayahnya berpangkat Laksamana dalam jajaran militer Kerajaan Napoli. Oleh karena itu tidaklah mengherankan apabila Alfonsus memperoleh pendidikan ala militer dengan disiplin yang keras. Sekali seminggu ia disuruh tidur di lantai tanpa alas. Maksudnya ialah agar ia terbiasa dengan pola hidup yang keras dan tidak manja.
Sejak kecil Alfonsus sudah menunjukkan bakat-bakat yang luarbiasa. Tak terbayangkan bahwa ia dalam usianya yang begitu muda, 16 tahun, sudah meraih gelar Doktor Hukum di Universitas Napoli, dengan predikat "Magna cum Laude". Karyanya sebagai seorang Sarjana Hukum dimulainya dengan menjadi advokat/pengacara. Ia selalu menang dalam setiap perkara yang dibelanya. Karena itu ia banyak mendapat tanda penghargaan dari orang-orang yang telah ditolongnya.
Pada tahun 1723 ia diminta membela satu perkara besar. Untuk itu ia berusaha keras mengumpulkan dan meneliti berbagai data tentang perkara itu. Namun keberuntungan rupanya tidak memihak dia. Karena suatu kesalahan kecil ia akhirnya dikalahkan oleh pengacara lawannya. Dengan muka pucat pasi ia beranjak meninggalkan gedung pengadilan. la mengakui lalai dalam meneliti semua data penting dari perkara itu. Ia mengalami shock berat dan selama tiga hari ia mengurung diri dalam biliknya merenungi kekalahannya.
Di satu pihak kekalahannya itu sungguh menekan batinnya tetapi di pihak lain kekalahan itu justru menjadi pintu masuk baginya untuk menjalani kehidupan bakti kepada Tuhan dan sesama. Setelah banyak berdoa dan merenung di depan Tabernakel, ia menemukan kembali ketenangan batin. Ketenangan batin itu menumbuhkan dalam hatinya suatu hasrat besar untuk menjadi seorang rohaniwan. Ketika sedang melayani orang di rumah sakit sebagaimana biasanya, ia mendengar suatu suara ajaib berkata: "Alfonsus, serahkanlah dirimu kepadaKu". Alfonsus terhentak sejenak karena suara ajaib itu terdengar begitu jelas. Lama kelamaan, ia sadar bahwa suara itu adalah suara panggilan Tuhan. Kesadaran ini mendesak dia untuk menentukan sikap tegas terhadap suara panggilan itu. la mengambil keputusan untuk menjadi seorang rohaniwan yang mengabdikan diri seutuhnya kepada Tuhan. Keputusan itu disampaikan kepada orangtuanya. Ayahnya sangat kecewa dan tidak mau lagi bertemu dengan dia. Biarapun berkeberatan menerimanya karena alasan kesehatan. Syukurlah uskup setempat meluluskan niat bekas advokat itu. Semenjak itu ia dengan tekun mempelajari teologi dan mempersiapkan diri sebaik-baiknya agar bisa menjadi seorang imam praja yang baik. Kesungguhan persiapannya itu terutama dilatarbelakangi oleh cara hidup imam-imam masa itu yang kurang mencerminkan keluhuran martabat imamat, dan karenanya umat sering memandang rendah mereka.
Alfonsus kemudian ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1726. Imam muda ini begitu cepat terkenal di kalangan umat karena kotbahnya yang menarik dan mendalam. Selain menjadi seorang pengkotbah ulung, ia pun menjadi bapa pengakuan yang disenangi umatnya. Karyanya sejak awal kehidupannya sebagai imam diabdikannya kepada orang­orang miskin dan pemuda-pemuda gelandangan di kota Napoli. Ia berusaha mengumpulkan mereka untuk memberi pelajaran agama dan bimbingan rohani.
Pada tahun 1729, ia menjadi imam kapelan di sebuah kolese yang khusus mendidik para calon imam misionaris. Di sana ia berkenalan dengan Pater Thomas Falciola, seorang imam yang memberi inspirasi dan dorongan kepadanya untuk mendirikan sebuah institut yang baru. Kepadanya Pater Falciola menceritakan tentang para suster binaannya di Scala yang menghayati cara hidup yang keras dalam doa dan matiraga. Terdorong oleh inspirasi dan semangat yang diberikan Pater Falciola, ia kemudian mendirikan sebuah tarekat religius baru di Scala pada tanggal 9 Nopember 1732. Tarekat ini diberinya nama 'Sanctissimi Redemptoris', dan mengabdikan diri di bidang pewartaan Injil kepada orang-orang desa di pedusunan. Tanpa kenal lelah anggota-anggota tarekat ini berkotbah di alun-alun, mendengarkan pengakuan dosa dan memberikan bimbingan khusus kepada muda-mudi, pasangan suami­isteri dan anak-anak.
Pada umurnya yang sudah tua (66 tahun), ia diangkat menjadi Uskup Agata, kendatipun ia sangat ingin agar orang lain saja yang dipilih. Sebagai uskup, ia berusaha membaharui cara hidup para imamnya dan seluruh umat di keuskupannya. Selain itu, ia menulis banyak buku, di antaranya buku Teologi Moral yang terus dicetak ulang sampai abad ini. Tulisan-tulisannya sangat membantu imam-imam teristimewa dalam bidang pelayanan Sakramen Tobat. Dengannya mereka bukan saja mengemban tugas itu dengan penuh kasih sayang, melainkan juga memberikan bimbingan yang tepat kepada umat.
Karena sering jatuh sakit, ia beberapa kali meminta boleh mengundurkan diri sebagai uskup, namun permohonannya baru dikabulkan ketika ia berumur 80 tahun. Ia diperbolehkan kembali ke biara. Masa-masa terakhir hidupnya sangatlah berat karena penyakit yang dideritanya dan serangan para musuh terhadap kongregasinya. Akhirnya pada tahun 1787, ketika berusia 91 tahun, ia meninggal dunia dengan tenang di Pagani, dekat Napoli, Italia.




Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

 

Liturgia Verbi 2016-07-31 Minggu.




Minggu Biasa XVIII 
31 Juli 2016



Bacaan Pertama
Pkh 1:2;2:21-23

"Apa faedah yang diperoleh manusia
dari segala usaha yang dilakukannya."

Pembacaan dari Kitab Pengkhotbah:

Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah,
sungguh kesia-siaan belaka!
Segala sesuatu adalah sia-sia.
Sebab,
kalau ada orang berlelah-lelah mencari hikmat,
pengetahuan dan kecakapan,
maka ia harus meninggalkan bahagiannya kepada orang lain
yang tidak berlelah-lelah untuk itu.
Ini adalah kesia-siaan dan kemalangan yang besar.
Apakah faedah yang diperoleh manusia
dari segala usaha yang dilakukannya
dengan jerih payah di bawah matahari
dan dari keinginan hatinya?
Seluruh hidupnya penuh kesedihan
dan pekerjaannya penuh kesusahan hati;
bahkan pada malam hari hatinya tidak tenteram.
Ini pun adalah kesia-siaan!

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 90:3-4.5-6.12-13.14.17,R:1

Refren: Tuhan, Engkaulah tempat perlindungan kami turun-temurun.

*Engkau mengembalikan manusia kepada debu,
hanya dengan berkata: "Kembalilah, hai anak-anak manusia!"
Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin,
atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam.

*Engkau menghanyutkan manusia seperti orang mimpi,
seperti rumput yang bertumbuh:
di waktu pagi tumbuh dan berkembang,
di waktu petang sudah lisut dan layu.

*Ajarlah kami menghitung hari-hari kami,
hingga kami beroleh hati yang bijaksana.
Kembalilah, ya Tuhan, -- berapa lama lagi? --
dan sayangilah hamba-hamba-Mu!

*Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu,
supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita sepanjang hayat.
Kiranya kemurahan Tuhan melimpah atas kami!
Teguhkanlah perbuatan tangan kami,
ya, perbuatan tangan kami, teguhkanlah!



Bacaan Kedua
Kol 3:1-5.9-11

"Carilah perkara yang di atas, di mana Kristus berada."

Pembacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Kolose:

Saudara-saudara,
kamu telah dibangkitkan bersama Kristus.
Maka carilah perkara yang di atas,
di mana Kristus berada, duduk di sebelah kanan Allah.
Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi.
Sebab kamu telah mati,
dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus dalam Allah.
Kristuslah hidup kita.
Apabila Dia menyatakan diri kelak,
kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.
Karena itu matikanlah dalam dirimu segala yang duniawi,
yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu,
nafsu jahat dan juga keserakahan,
yang sama dengan penyembahan berhala.

Janganlah kamu saling mendustai lagi,
karena kamu telah menanggalkan manusia lama beserta kelakuannya,
dan telah mengenakan manusia baru
yang terus-menerus diperbaharui
untuk memperoleh pengetahuan yang benar
menurut gambar Penciptanya.
Dalam keadaan yang baru ini
tiada lagi orang Yunani atau orang Yahudi,
orang bersunat atau tak bersunat,
orang Barbar atau orang Skit,
budak atau orang merdeka;
yang ada hanyalah Kristus di dalam semua orang.

Demikianlah sabda Tuhan.



Bait Pengantar Injil
Mat 5:3

Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah,
karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.



Bacaan Injil
Luk 12:13-21

"Bagi siapakah nanti harta yang telah kausediakan itu?"

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Ketika Yesus mengajar orang banyak,
Salah seorang dari orang banyak itu berkata kepada-Nya,
"Guru, katakanlah kepada saudaraku,
supaya ia berbagi warisan dengan aku."
Tetapi Yesus berkata kepadanya,
"Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku
menjadi hakim atau penengah bagimu?"

Kata Yesus kepada orang banyak itu,
"Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan!
Sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya,
hidupnya tidaklah tergantung dari kekayaannya itu."

Kemudian Yesus mengatakan kepada mereka perumpamaan berikut:
"Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah hasilnya.
Ia bertanya dalam hatinya,
'Apakah yang harus kuperbuat,
sebab aku tidak mempunyai tempat
untuk menyimpan segala hasil tanahku.'
Lalu katanya,
'Inilah yang akan kuperbuat:
Aku akan merombak lumbung-lumbungku,
lalu mendirikan yang lebih besar,
dan aku akan menyimpan di dalamnya
segala gandum serta barang-barangku.
Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku:
Jiwaku, ada padamu banyak barang,
tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya;
beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!
Tetapi Allah bersabda kepadanya,
'Hai orang bodoh,
pada malam ini juga jiwamu akan diambil daripadamu!'

Bagi siapakah nanti apa yang telah kausediakan itu?
Demikianlah jadinya
dengan orang yang menimbun harta bagi dirinya sendiri,
tetapi ia tidak kaya di hadapan Allah."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Bacaan Pertama hari ini, yang diambil dari Kitab Pengkhotbah, sarat berisikan wejangan yang berguna bagi kita, makanya akan lebih baik jika kita membacanya secara lengkap, mulai dari Pasal 1:1 sampai dengan 3:15, supaya intisari dari wejangan itu menjadi lebh gamblang.

Kita telah sering mendengar ungkapan "Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya" [Pkh 3:11a]
Waktu menurut rencana dan kehendak Tuhan memang seringkali sulit dipahami oleh manusia, padahal sesungguhnya tidaklah sulit untuk memahami kalau segala sesuatu itu ada waktunya sendiri-sendiri.
Ada waktu untuk lahir dan ada waktu untuk meninggal dunia, ada waktu untuk menanam dan ada waktu untuk menuai, dan seterusnya.

Jika memang waktunya belum tiba, sia-sia saja mengusahakan agar lebih cepat, sia-sia saja di-karbit guna mempercepat, karena semuanya itu mesti menuruti waktu yang telah ditetapkan Tuhan.
Kemarin saya menyaksikan tayangan video CCTV, anak seorang teman tertabrak mobil ketika sedang naik sepeda, terjadi beberapa waktu yang lalu.
Kepala anak itu berbenturan keras pada bagian depan mobil, lalu terjatuh dan tergilas mobil itu.
Menakjubkan, anak itu segera bangkit dari kolong mobil dan berjalan.
Rupanya belum waktunya bagi anak itu dipanggil Tuhan; tadi pagi saya menerima kabar kalau kondisi anak itu sudah membaik, dan sudah diperbolehkan rawat jalan.

Menurut Pengkhotbah, adalah kesia-siaan dan bahkan kemalangan besar jika seseorang berlelah-lelah mencari hikmat, pengetahuan dan kecakapan (duniawi), karena ia malah kehilangan bagian yang tidak berlelah-lelah (surgawi).
Rasul Paulus pada Bacaan Kedua hari ini juga menuliskan, "Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi."

Saya memang tidak setuju kalau orang hanya berlutut dan berdoa tanpa ber-ikhtiar, mungkinkah kesesakan hidup dapat dilampauinya?
Tetapi saya lebih tidak setuju jika orang terus menerus berlelah-lelah dan tidak pernah merasa puas dengan hasil yang dicapainya serta mengabaikan harapan dan pertolongan Tuhan; karena itu artinya kecongkakan yang hanya mengandalkan kemampuan sendiri.

Orang tidak pernah puas dengan pencapaiannya, lalu bagaimana ia bisa bersyukur dan memadahkan pujian kepada Tuhan?
Kepuasan itu tak berujung, hanya ada terminal-terminal yang merupakan pemberhentian sementara saja, lalu berlanjut lagi ke terminal berikutnya untuk mengejar kepuasan yang lebih besar lagi.
Sang Pengkhotbah melukiskannya dengan sangat baik, yakni ibarat air sungai, semuanya mengalir ke laut, tetapi laut tak penuh-penuh juga.

Kitab Pengkhotbah yang diyakini berbicara soal Raja Salomo memang sangat menyentuh hati saya ketika membacanya, sarat dengan ungkapan-ungkapan filosofis, maknanya pun sangat dalam.
Raja Salomo telah memperoleh segala-galanya.
Ia mendapatkan kehormatan karena ia adalah seorang raja.
Ia memperoleh ketenaran sampai ke negeri yang jauh.
Harta kekayaannya melimpah-ruah, serta berbagai kesenangan duniawi telah dinikmatinya; isteri-isterinya yang dari keturunan bangsawan saja sudah mencapai 700 orang.
Tetapi tetap saja kepuasan sejati yang dicari-carinya itu tak ditemukan.
Kenikmatan yang dikecapnya hanyalah sesaat, setelah itu berlalu.
Ibarat matahari yang terbit di pagi hari, terbenam di petang hari, lalu bergegas menuju ke timur untuk terbit kembali di keesokan harinya.

Pada awalnya mulai bekerja, saya berkeinginan memiliki sepedamotor karena banyak waktu saya habis di halte menunggu kendaraan umum lewat.
Setelah berhasil memilikinya, kepuasan pun hanya sesaat, timbul keinginan baru untuk memiliki mobil, karena saya seringkali hadir di suatu pertemuan dengan pakaian basah-kuyup, air menyelinap di sela-sela jas hujan.
Setelah berhasil memiliki mobil bekas yang telah berumur itu, saya pun memperbaharui keinginan saya: ingin punya mobil mewah, yang saya bayangkan pastilah sangat nyaman mengendarainya.
Saya yakin, jika suatu saat nanti saya berhasil memilikinya, maka saya pun akan memperbaharuinya lagi, ingin punya pesawat terbang pribadi sehingga tak perlu lagi berdesak-desakan saat menaiki tangga pesawat.
Mungkin sekali saya akan punya keinginan untuk memiliki dunia, lalu ingin bertakhta di surga, dilayani oleh Bapa dan Kristus, waduh…!!
Celaka, dari cuma ingin sepedamotor kok jadi kebablasan seperti ini?

Selalu saja kita memperbaharui keingian kita, tak habis-habisnya, seperti laut itu, tak penuh-penuh juga padahal terus-menerus disuplai oleh air sungai dan air hujan.
Tidak ada puasnya.
Ini sia-sia, ini sungguh sia-sia!

Rupanya inilah yang dimaksud oleh Yesus Kristus, "...dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo!"
Rasul Paulus juga menulis kepada Jemaat di Kolose, "... supaya hati mereka terhibur dan mereka bersatu dalam kasih, sehingga mereka memperoleh segala kekayaan dan keyakinan pengertian, dan mengenal rahasia Allah, yaitu Kristus, sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan."
Yang ini tidaklah sia-sia, bisa lebih segera dicapai.



Peringatan Orang Kudus
Santo Ignasius Loyola, Pengaku Iman
Ignasius Loyola lahir di Azpeitia di daerah Basque, Profinsi Guipuzcoa, Spanyol Utara pada tahun 1491. Putera bungsu keluarga bangsawan Don Beltran de Onazy Loyola dan Maria Sanchez de Licona ini diberi nama Inigo Lopez de Loyola.
Semenjak kecil hingga masa mudanya, Ignasius mengecap kenikmatan hidup mewah di lingkungan istana. Dia dididik dalam tradisi dan kebiasaan hidup istana yang ketat.
Pada tahun 1517, Ignasius menjadi tentara Kerajaan Spanyol. Empat tahun kemudian, pada tanggal 20 Mei 1521, Ignasius menderita luka parah terkena peluru ketika mempertahankan benteng Pamplona dari serangan tentara Prancis. Penderitaan fisik dan mental yang hebat ini ditanggungnya dengan sabar dan berani dalam perawatan selama hampir satu tahun. 
Masa pemulihan kesehatannya yang begitu lama menjadi baginya suatu masa ber-rahmat, di mana ia menemukan ambang pintu bagi kehidupannya sebagai seorang 'manusia baru'.   Selama masa perawatannya, ingin sekali ia menghalau kebosanannya dengan membaca buku-­buku kepahlawanan. Sayang sekali bahwa buku-buku heroik yang ingin dibacanya tidak tersedia di situ.  Satu-satunya buku yang tersedia ialah buku tentang Kehidupan Kristus dan Para Orang Kudus.  Demi memuaskan keinginannya, ia terpaksa menjamah dan membolak-balik buku itu.  Tanpa disadarinya apa yang dibacanya tertanam dan mulai bersemi dalam lubuk hatinya.  Kalbunya serasa sejuk bila menekuni bacaan itu.  Lambat laun ia memutuskan untuk menyerahkan seluruh sisa hidupnya bagi Tuhan sebagai Abdi Allah. Ia tidak ingin lagi menjadi pahlawan duniawi.  Kepribadiannya berubah secara total. Dari suatu cara hidup duniawi yang sia-sia, ia menjadi seorang rohaniwan yang melekat erat pada Tuhan dalam cinta kasih yang mendalam. la bahkan bertekad melampaui pahlawan-pahlawan suci lainnya.
Pada tahun 1522, Ignasius pergi ke biara Benediktin Montserrat, Timurlaut Spanyol.  Selama tiga hari berada di sana, ia berdoa dengan tekun dan memohon ampun atas semua dosanya di masa silam.  Semua miliknya diberikan kepada orang-orang miskin. Niatnya yang sungguh untuk mengabdi Tuhan dan sesama ditunjukkan dengan meletakkan pedangnya di bawah kaki altar kapel biara itu, pada tanggal 24 Maret malam hari.  
Keesokan harinya setelah merayakan Ekaristi dan menerima Komuni Kudus, Ignasius pergi ke sebuah gua dekat Manresa.   Di gua ini ia mengalami suasana tenang dan damai yang menyenangkan.   Dan gua ini jugalah yang menjadi tempat kelahiran baru baginya sebagai seorang 'manusia baru'.   Meditasi dan doa-doanya selama berada di gua ini mengaruniakan kepadanya suatu pemahaman yang baru tentang kehidupan rohani.   Pemahaman ini diabadikannya dalam bukunya berjudul 'Latihan Rohani' yang masih relevan hingga sekarang.
Dari Manresa, Ignasius bermaksud berziarah ke Tanah Suci untuk mentobatkan orang-orang yang belum mengakui Kristus.   Tetapi niat ini dibatalkan karena kondisi negeri Palestina yang tidak memungkinkan.   Sebagai gantinya, ia kembali ke Barcelona, Spanyol. Pada tahun 1524, Ignasius semakin yakin bahwa tugas pelayanan bagi Tuhan dan sesama perlu didukung oleh pendidikan yang memadai. Karena itu, selama 10 tahun ia berjuang memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan. Ia belajar di Alcala de Henares (1526­1527), Salamanca (1527-1528) dan Paris (1528-1535) hingga memperoleh gelar sarjana pada tanggal 14 Maret 1535.  Masa pendidikan ini menjadikan dia seorang yang berkepribadian matang, penuh disiplin diri, dan berpengetahuan luas dan mendalam. Kepribadian dan pengetahuan itu sangat penting bagi peranannya sebagai pemimpin di kemudian hari.  Kadang-kadang ia memberikan pelajaran agama serta bimbingan rohani kepada orang-orang yang datang kepadanya. Tetapi kegiatannya itu menimbulkan kecurigaan para pejabat Gereja. Sebab, tidaklah lazim seorang awam mengajar agama dan spiritualitas.
Kariernya sebagai Abdi Allah dimulainya dengan mengumpulkan beberapa orang pemuda yang tertarik pada karya pelayanan kepada Tuhan dan GerejaNya.  Pemuda-pemuda yang menjadi pengikutnya yang pertama, antara lain Beato Petrus Faber, Santo Fransiskus Xaverius, Diego Laynez, Simon Rodriquez, Alonso Salmeron, dan Nikolas Bobadilla.   Kelompok pertama dari Serikat Yesus ini mengucapkan kaul hidup religius di kapel biara Benediktin di Montmartre.
Selain mengikrarkan ketiga kaul hidup membiara: kemurnian, ketaatan dan kemiskinan, mereka pun mengikrarkan kaul tambahan, yakni kesediaan menjalankan karya misioner di Tanah Suci di antara orang-orang Islam.   Ignasius sendiri kemudian ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 24 Juni 1537.   Karena misi ke Palestina tak mungkin diwujudkan akibat perang waktu itu, maka kaul tambahan 'kesediaan menjalankan karya misi di Tanah Suci' dibatalkan dan diganti dengan 'pengabdian khusus kepada Sri Paus'.   Untuk itu Ignasius bersama rekan-rekannya menawarkan diri kepada Paus Paulus III (1534-1549) untuk mengerjakan tugas apa saja yang diberikan oleh paus, di mana saja dan kapan saja.   Pada tanggal 27 September 1540, Paus Paulus III merestui keberadaan kelompok Ignasian, yang kemudian dikokohkan menjadi sebuah serikat rohaniwan dengan nama Serikat Yesus.   Ignasius sendiri diangkat sebagai pemimpin pertama dalam sebuah upacara di basilik Santo Paulus.
Selama 15 tahun (1541-1556) memimpin Serikat Yesus, Ignasius memusatkan perhatiannya pada pembinaan semangat religius ordonya.  Semboyannya - yang kemudian menjadi semboyan umum Serikat Yesus - dalam melaksanakan tugasnya ialah "Ad Maiorem Dei Gloriam ".   Ia mendirikan banyak kolese antara lain Kolese Roma (yang kemudian menjadi Universitas Gregoriana) dan Kolese Jerman yang khusus untuk mendidik para calon imam untuk karya kerasulan di wilayah-wilayah Katolik yang sudah dipengaruhi oleh Reformasi Protestan.
Selama kepemimpinannya, Ignasius melibatkan imam-imamnya dalam usaha membendung arus pengaruh Protestantisme di Eropa Utara dan dalam Pewartaan Sabda kepada semua orang Katolik tanpa memandang kelas sosialnya.   Ia mengutus Fransiskus Xaverius, sahabat akrabnya, ke benua Asia yang masih kafir untuk membuka lahan baru bagi karya misioner Gereja.
Ignasius dikenal sebagai seorang rohaniwan yang ramah kepada sesamanya.   Kasih sayangnya yang besar kepada orang-orang sakit dan lemah, anak-anak dan pendidikannya, terutama orang-orang berdosa banyak kali membuatnya menangis karena memikirkan kemalangan mereka.   Karena itu ia menggugah hati imam-imamnya agar dengan tulus berkarya di tengah-tengah semua lapisan masyarakat demi menyelamatkan mereka.
Ordo Yesuit yang didirikannya dipoles menjadi sebuah ordo religius yang bebas dari keketatan aturan hidup monastik lama yang kaku. Sebagai reaksi terhadap kekejaman Gereja Abad Pertengahan, yang melahirkan Reformasi Protestan, Ignasius menuntut ketaatan mutlak kepada Takhta Suci dan prinsip prinsip Katolik.   Retret yang teratur diupayakannya sebagai suatu sarana ampuh bagi kedalaman spiritualitas orang-orang Kristen.
Sebelum wafatnya pada tanggal 31 Juli 1556, Ignasius menyaksikan keberhasilan Ordonya dalam mengabdi Tuhan dan GerejaNya. Propinsi serikatnya pada masa itu telah berjumlah 12 dengan 1000 orang imam dan kira-kira 100 buah biara dan kolese.   Ignasius dinyatakan sebagai 'beato' oleh Paus Paulus V pada tanggal 3 Desember 1609 dan kemudian oleh Paus Gregorius XV ia dinyatakan sebagai 'santo' pada tanggal 12 Maret 1622.   Ignasius diangkat sebagai pelindung semua kegiatan rohani oleh Paus Pius XI pada tahun 1922.
Beato Yohanes Columbini, Pengaku Iman
Yohanes Columbini lahir di Siena, Italia pada abad ke-14. la tergolong warga kota yang berkedudukan penting dalam masyarakat dan kaya raya tetapi sembrono hidupnya. Cita-cita hidupnya hanya satu, yakni menjadi semakin kaya. Untuk itu ia senantiasa bekerja keras agar harta kekayaannya semakin bertambah banyak.
Pertobatannya hingga menjadi seorang Abdi Allah dan sesama manusia berawal dari semangatnya membaca riwayat Santa Maria dari Mesir. Mulanya ia merasa tidak puas bahkan marah terhadap kisah itu. Buku yang dibacanya dibuangnya jauh-jauh. Tetapi kemudian ia pun tertarik untuk membaca lagi kisah itu. Tanpa disadarinya tumbuhlah dalam hatinya kesadaran akan keadaan dirinya. la bertobat dan segera membagi-bagikan semua kekayaannya kepada orang-orang miskin. Ia sendiri menjadi seorang perawat bagi orang-orang sakit di sebuah rumah sakit di kota itu. Perubahan sikap hidupnya ini mengherankan banyak penduduk Siena. Sangat banyak orang berdosa bertobat setelah menyaksikan cara hidup baru Columbini. Beberapa orang kaya di kota itu mengikuti jejaknya.
Pada waktu itu di Propinsi Toskania merajalela aksi perampokan dan peperangan antar berbagai suku. Yohanes bersama kawan-kawannya menjelajahi desa dan kota sampai ke pelosok-pelosok untuk mewartakan Injil sambil mendamaikan kelompok-kelompok yang bertikai. Mereka memikat hati banyak orang dengan pengajarannya dan berhasil mempertobatkan banyak orang berdosa.
Yohanes mempersatukan para pengikutnya dalam sebuah perkumpulan awam yang disebut Yesuat. Perkumpulan ini mengabdikan diri pada perawatan orang sakit dan jompo, penguburan orang-orang yang meninggal dan berbagai karya amal lainnya. Yohanes Columbini meninggal dunia pada tahun 1367 dan digelari sebagai 'Beato'.
Santo Germanus, Pengaku Iman
Germanus lahir pada tahun 378. la adalah seorang pegawai tinggi pemerintah. la dipilih menjadi Uskup Auxerre, Prancis, meskipun tidak menyukainya. Kemudian ia meninggalkan isterinya. Harta miliknya ia gunakan untuk membangun gereja dan biara. Dua kali ia diutus ke Inggris untuk membersihkan umat dari bidaah Pelagianisme dan ikut berperang melawan tentara Saxon. Germanus dengan giat mengkristenkan kembali seluruh wilayah keuskupannya. la meninggat dunia pada tahun 448.
Santa Eilin, Janda dan Pengaku Iman
Janda muda yang saleh ini berziarah dari Swedia ke Yerusalem. Oleh sanak keluarganya ia dituduh merencanakan pembunuhan atas suami puterinya. Karena itu Eilin dipukuli dengan tongkat kayu sampai mati. Banyak peziarah menyaksikan terjadinya banyak mujizat pada makamnya. Eilin mati terbunuh pada tahun 1160.




Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

 

Liturgia Verbi 2016-07-30 Sabtu.




Sabtu Pekan Biasa XVII
30 Juli 2016

PF S. Petrus Krisologus, Uskup dan Pujangga Gereja



Bacaan Pertama
Yer  26:11-16.24

"Tuhan benar-benar mengutus aku kepadamu
untuk menyampaikan segala perkataan ini kepadamu."

Pembacaan dari Kitab Yeremia:

Setelah Yeremia ditangkap karena nubuat yang disampaikannya,
para imam dan para nabi itu kepada para pemuka
dan seluruh rakyat,
"Orang ini patut mendapat hukuman mati,
sebab ia telah bernubuat tentang kota ini,
seperti yang kalian dengar dengan telingamu sendiri."

Tetapi Yeremia berkata kepada para pemuka dan seluruh rakyat,
"Tuhanlah yang telah mengutus aku
bernubuat tentang kota dan rumah ini;
Tuhanlah yang mengutus aku
menyampaikan segala perkataan yang telah kalian dengar itu.
Oleh karena itu perbaikilah tingkah langkah dan perbuatanmu,
dan dengarkanlah suara Tuhan, Allahmu,
sehingga Tuhan mencabut kembali malapetaka
yang diancamkan-Nya atas kalian.
Tetapi aku ini, sesungguhnya aku ada di tanganmu.
Perbuatlah kepadaku apa yang baik dan benar menurut anggapanmu.
Hanya ketahuilah sungguh-sungguh,
bahwa jika kalian membunuh aku,
maka kalian mendatangkan darah orang tak bersalah
atas dirimu dan atas kota ini beserta penduduknya.
Sebab Tuhan benar-benar mengutus aku kepadamu
untuk menyampaikan segala perkataan ini kepadamu."

Lalu berkatalah para pemuka dan seluruh rakyat itu
kepada para imam dan para nabi,
"Orang ini tidak patut mendapat hukuman mati,
sebab ia telah berbicara kepada kita demi nama Tuhan, Allah kita."

Maka Yeremia dilindungi oleh Ahikam bin Safan,
sehingga ia tidak diserahkan ke dalam tangan rakyat, untuk dibunuh.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm  69:15-16.30-31.33-34,R:14

Refren: Pada waktu Engkau berkenan, jawablah aku, ya Tuhan.

*Lepaskanlah aku dari dalam lumpur,
supaya jangan aku tenggelam,
biarlah aku lepas dari orang-orang yang membenci aku,
dan dari air yang dalam!
Janganlah gelombang air menghanyutkan aku,
atau tubir menelan aku,
atau sumur menutup mulutnya di atasku.

*Tetapi aku ini tertindas dan kesakitan,
keselamatan dari pada-Mu, ya Allah, kiranya melindungi aku!
Aku akan memuji-muji nama Allah dengan nyanyian,
mengagungkan Dia dengan lagu syukur.

*Lihatlah, hai orang-orang yang rendah hati, dan bersukacitalah;
biarlah hatimu hidup kembali, hai kamu yang mencari Allah!
Sebab Tuhan mendengarkan orang-orang miskin,
dan tidak memandang hina
orang-orang-Nya dalam tahanan.



Bait Pengantar Injil
Mat 5:10

Berbahagialah yang dikejar-kejar karena taat kepada Tuhan,
sebab bagi merekalah Kerajaan Surga.



Bacaan Injil
Mat  14:1-12

"Herodes menyuruh memenggal kepala Yohanes Pembaptis,
kemudian murid-murid Yohanes memberitahukan hal itu kepada Yesus."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa sampailah berita tentang Yesus
kepada Herodes, raja wilayah.
Maka ia berkata kepada pegawai-pegawainya,
"Inilah Yohanes Pembaptis.
Ia sudah bangkit dari antara orang mati
dan itulah sebabnya kuasa-kuasa itu bekerja di dalam-Nya."

Sebab memang Herodes telah menyuruh menangkap Yohanes,
membelenggunya dan memenjarakannya,
berhubung dengan peristiwa Herodias, isteri Filipus, saudaranya.
Sebab Yohanes pernah menegor Herodes,
"Tidak halal engkau mengambil Herodias!"
Herodes ingin membunuhnya,
tetapi ia takut kepada orang banyak
yang memandang Yohanes sebagai nabi.

Tetapi pada hari ulang tahun Herodes,
menarilah anak perempuan Herodias di tengah-tengah mereka
dan menyenangkan hati Herodes,
sehingga Herodes bersumpah
akan memberikan kepadanya apa saja yang dimintanya.
Maka setelah dihasut oleh ibunya, puteri itu berkata,
"Berikanlah kepadaku di sini kepala Yohanes Pembaptis
di sebuah talam."
Lalu sedihlah hati raja.
Tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya,
diperintahkannya juga untuk memberikannya.

Disuruhnya memenggal kepala Yohanes di penjara,
dan membawanya di sebuah talam,
lalu diberikan kepada puteri Herodias,
dan puteri Herodias membawanya kepada ibunya.
Kemudian datanglah murid-murid Yohanes Pembaptis
mengambil jenazah itu dan menguburkannya.
Lalu pergilah mereka memberitahu Yesus.

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Nabi Yeremia telah menyampaikan sabda Tuhan sesuai yang diperintahkan kepadanya, dan sekarang ia mesti menuai konsekuensi dari kepatuhannya kepada Tuhan itu, karena ternyata para imam dan pemuka agama menentang nubuat yang disampaikannya.
Tentu Tuhan tidak menghendaki agar Yeremia menggali lubangnya sendiri, melainkan memberikan perlindungan menurut cara-Nya sendiri.
Banyak orang digerakkan Tuhan untuk membela Yeremia, sehingga rencana pembunuhan terhadap dirinya pun dapat digagalkan.

Tuhan benar-benar mengutus kita untuk pergi dan mewartakan kabar sukacita surgawi, menghantar orang-orang kepada pertobatan, serta berbuat kebaikan kepada semua orang.
Jika kita patuh kepada tugas perutusan ini, memang akan timbul konsekuensi yang mesti kita tanggung, karena tidak semua orang ingin menjadi baik, ingin bersekutu dengan Tuhan.
Orang yang dikuasai oleh kegelapan akan menghindari terang, akan memusuhi orang yang membawa terang.
Mereka akan terang-terangan atau pun secara gelap-gelapan akan menentang kita, atau bahkan memusuhi kita, lalu melakukan penyesatan supaya kita celaka.

Konsekuensi logis lainnya, tidaklah mungkin kita menyerukan sesuatu yang kita sendiri tidak melakukannya.
Justru perintah Tuhan itu pertama-tama mesti mendarah-daging di dalam diri kita, sebelum kita "menularkannya" kepada orang lain.
Pertama-tama mesti terjadi pertobatan pada diri kita sendiri sebelum mengupayakan supaya orang lain bertobat.

Dari setiap sikap dan perbuatan kita mesti tercermin keberpihakan kita kepada Tuhan, mesti terang-terangan kita "pro" kepada Tuhan tetapi "kontra" kepada kuasa kegelapan.



Peringatan Orang Kudus
Santo Petrus Krisologus, Uskup dan Pujangga Gereja
Seorang yang dengan tekun dan sungguh-sungguh mengejar cita-cita akan memperoleh hasil yang melebihi harapan dan keinginannya. Prinsip ini terlihat dan terlaksana dalam diri Santo Petrus Krisologus, yang dijuluki "Si Mulut Emas". Ketika masih muda belia, ia sudah menjabat sebagai uskup di Ravenna. Pada masa itu, cara hidup kafir yang merajalela di antara umat di keuskupannya merupakan suatu masalah berat yang harus ditanganinya. Untuk itu, senjata ampuh satu-satunya ialah "kotbah-kotbahnya yang menyentuh hati umat". Dan Petrus Krisologus berhasil dalam memanfaatkan senjata ini. Kotbah-kotbahnya yang pendek dan menyentuh hati umat berhasil mempertobatkan banyak umat. Dalam kotbah-kotbahnya, ia menekankan pentingnya penghayatan dan penerapan asas-asas moral Kristiani dan ajaran resmi Gereja tentang iman akan Yesus Kristus. Hal ini sangat cocok dengan keadaan umat di Ravenna yang dilanda praktek kekafiran. Penyajian yang sangat bagus dan otentik membuat kotbah-kotbahnya sangat bermutu. Tigabelas abad kemudian, Paus Benediktus XIII (1724-1730) mengangkat dia menjadi seorang Pujangga Gereja.
Semangatnya yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya demi perkembangan iman umat, membuat dia menjadi orang tersohor di kalangan Bapa-bapa Gereja, baik karena caranya mengajar maupun caranya memimpin umat. Ia amat bijaksana dan memandang keahliannya sebagai karunia Tuhan yang harus diabdikan bagi kepentingan perkembangan Gereja.
Dalam pada itu Petrus Krisologus pun terkenal sebagai seorang uskup penentang ajaran sesat yang disebarkan Eutiches. Eutiches menyebarkan ajaran sesat yang menyangkal kemanusiaan Kristus. Untuk kemajuan ajarannya, ia tidak segan-segan meminta dukungan Gereja dari Petrus Krisologus selaku Uskup Ravenna. Tetapi Uskup Krisologus yang terkenal ramah itu menjawabnya dengan bijaksana dan ramah: "Demi perdamaian dan iman, kita sebaiknya menyebarkan ajaran iman dengan persetujuan Sri Paus selaku Pimpinan Tertinggi Gereja". Oleh karena itu, ia menolak gagasan Eutiches dan sebaliknya mendesak dia untuk mengakui dan mengimani rahasia "Penjelmaan Kristus" dan semua kebenaran iman yang diajarkan oleh Gereja.
Semangat imannya yang begitu besar disertai cinta kasihnya yang meluapluap membuat "Si Mulut Emas" ini meraih hasil karya yang melebihi cita-cita dan impiannya. Beberapa lama sebelum wafatnya, ia pulang ke tanah kelahirannya Imola dan di sana ia wafat dengan tenang pada tahun 450.
Santo Yustinus de Yakobis, Pengaku Iman
Yustinus lahir di San Fele, Italia pada tanggal 9 Oktober 1800. Dari empatbelas orang bersaudara, Yustinus adalah anak ketujuh dalam keluarganya. Ketika masih kecil, ia tinggal di Napoli. Kemudian pada umur 18 tahun, ia masuk Kongregasi Misi di tempat asalnya.
Ia benar-benar menghayati panggilannya dengan konsekuen. Menurut kesan kawan-kawannya, ia adalah seorang biarawan yang dicintai Tuhan dan sesama manusia, karena sifat-sifatnya yang menyenangkan banyak orang: rendah hati, ramah dan suka bergaul dengan siapa saja. Setelah ditahbiskan menjadi imam, ia bekerja di antara orang-orang miskin dan melarat di luar kota. Ia membantu mendirikan pusat Kongregasi baru di Napoli dan kemudian diangkat sebagai superior di Lecce. Ia dikenal luas oleh banyak orang karena tindakan-tindakannya di luar acara rutin sehari-hari. Ia memelihara dan merawat para penderita wabah kolera di Napoli tanpa mengenal lelah dan menghiraukan kesehatannya sendiri. Karena itu semua orang sangat menghormati dan mencintai dia.
Pada tahun 1839 ia diutus sebagai Prefek dan Vikaris Apostolik ke Etiopia, sebuah daerah misi baru di benua Afrika. Di sana selama dua tahun ia memusatkan perhatiannya pada usaha mengenal segala sesuatu menyangkut negeri itu: rakyatnya, bahasanya dan adat-istiadatnya. Dengan sifat-sifatnya yang baik dan cara hidupnya yang menarik, ia berhasil menghilangkan kecurigaan rakyat setempat. Kata-katanya yang menawan dan lembut memberi kesan pada hati banyak orang bahwa kehadirannya di tengah mereka adalah sebagai sahabat dan pelayan bagi mereka.
Meskipun ia berhasil sekali dalam tugasnya, namun ia sama sekali tidak terlepas dari banyak kesulitan seperti semua orang lain yang memperjuangkan keluhuran hidup. Tidak sedikit pemuka rakyat iri hati dan membenci dia. Kesulitan besar datang tatkala William Massaia diangkat sebagai Uskup Etiopia. Salama, seorang pemuka Gereja Optik melancarkan kampanye anti Gereja Katolik. Oleh pemimpin setempat, Kolese­kolese Katolik ditutup dan agama Katolik dihalang-halangi perkembangannya. Uskup William Massaia diusir pulang ke Aden. Sebelum berangkat, Uskup Massaia dengan diam-diam mengangkat Yustinus de Yakobis sebagai uskup di Massawa. Sebagai uskup, Yakobis menahbiskan 20 orang imam asal Etiopia untuk melayani umat Katolik yang berjumlah 5000 orang dan membuka kembali kolese-kolese.
Pada tahun 1860, Kedaref Kassa menjadi raja. Ia segera mendesak Salama untuk kembali melancarkan pengejaran terhadap semua orang beragama Katolik. Uskup Yakobis sendiri ditangkap dan dipenjarakan selama beberapa bulan.
Uskup Yakobis menghabiskan masa hidupnya di sepanjang pantai Laut Merah. Dalam perjalanannya menuju Halai, ia jatuh sakit karena keletihan dan kurang makan. Ia meninggal dunia pada tanggal 31 Juli 1860 di lembah Alghedien.
Santo Abdon dan Senen, Martir
Kedua orang kudus abad ke-3 ini berasal dari Persia. Mereka adalah tawanan perang dan budak belian yang sudah menganut agama Kristen. Kemartiran mereka bermula dari usaha mereka menguburkan jenazah-jenazah para kaum beriman yang dibunuh oleh orang kafir. Mereka ditangkap dan dibawa ke Roma. Di sana mereka dipaksa untuk mempersembahkan korban kepada dewa-dewi Romawi. Dengan tegas mereka menolak melakukan perbuatan berhala ini karena tak ingin mengkhianati imannya sendiri. Karena itu mereka dianiaya dan dipenggal kepalanya. Jenazah mereka dimakamkan oleh diakon Kuirinus di rumahnya. Kemudian pada tahun 833, tulang-tulang mereka dipindahkan oleh Paus Gregorius IV (827-844) ke dalam gereja Santo Markus di Roma.
Santa Yulita dari Kaesarea, Pengaku Iman
Yulita berasal dari Kapadokia. Ia memiliki ladang dan ternak, harta kekayaan lainnya dan banyak budak belian. Di antara penduduk setempat, Yulita tergolong wanita kaya raya. Banyak orang mengadakan hubungan dagang dengannya. Pada suatu ketika, dia terlibat dalam suatu pertikaian bisnis dengan seorang pemuka masyarakat. Dia dihadapkan ke pengadilan namun berhasil mengalahkan orang itu. Karena itu dia menjadi musuh bebuyutan orang itu.
Untuk membalas kekalahannya di depan pengadilan, orang itu melaporkan kepada penguasa setempat bahwa Yulita adalah seorang penganut agama Kristen. Oleh laporan ini, hakim segera memanggil Yulita dan memaksanya untuk mempersembahkan kurban bakaran kepada dewa Zeus.
Yulita berani menentang. Dengan tegas ia berkata: "Ladangku dan semua kekayaanku boleh diambil dan dirusakkan. Tetapi sekali-kali aku tidak akan meninggalkan imanku. Aku tidak akan pernah menghina Tuhanku yang telah menciptakan aku. Aku tahu bahwa aku akan memperoleh semuanya itu kembali di surga".
Tanpa banyak berpikir hakim itu menyuruh para algojo membakar hidup-hidup Yulita di depan umum. Peristiwa naas ini terjadi kira-kira pada tahun 303.




Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

 

Liturgia Verbi 2016-07-29 Jumat.




Jumat Pekan Biasa XVII
29 Juli 2016

PW S. Marta



Bacaan Pertama
Yer  26:1-9

"Seluruh rakyat berkumpul menghadap Tuhan."

Pembacaan dari Kitab Yeremia:

Pada permulaan pemerintahan Yoyakim, putera Yosia, raja Yehuda,
bersabdalah Tuhan kepada Yeremia, "Beginilah sabda Tuhan,
'Berdirilah di pelataran rumah Tuhan
dan katakanlah kepada penduduk segala kota Yehuda,
yang datang untuk sujud di rumah Tuhan,
segala sabda yang Kuperintahkan untuk kaukatakan kepada mereka.
Janganlah kaukurangi sepatah kata pun!
Mungkin mereka mau mendengarkan,
dan masing-masing mau berbalik dari tingkah langkahnya yang jahat,
sehingga Aku menyesal dan mencabut kembali malapetaka
yang Kurancangkan terhadap mereka
karena perbuatan-perbuatan mereka yang jahat.'

Maka katakanlah kepada mereka, 'Beginilah sabda Tuhan:
Jika kalian tidak mau mendengarkan Daku,
tidak mau mengikuti Taurat-Ku
yang telah Kubentangkan di hadapanmu,
dan tidak mau mendengarkan perkataan hamba-hamba-Ku, para nabi,
yang terus-menerus Kuutus kepadamu
tetapi kalian tidak mau mendengarkan
maka Aku akan membuat rumah ini sama seperti Silo,
dan kota ini menjadi kutuk bagi segala bangsa di bumi."

Para imam, para nabi dan seluruh rakyat
mendengar Yeremia mengucapkan perkataan-perkataan itu dalam rumah Tuhan.
Sesudah Yeremia selesai mengatakan
segala yang diperintahkan Tuhan
untuk dikatakan kepada seluruh rakyat,
maka para imam, para nabi dan seluruh rakyat itu
menangkap dia serta berkata,
"Engkau harus mati!
Mengapa engkau bernubuat demi nama Tuhan dengan berkata,
'Rumah ini akan sama seperti Silo,
dan kota ini akan menjadi reruntuhan,
sehingga tidak ada lagi penduduknya?"
Dan seluruh rakyat berkumpul mengerumuni Yeremia
di rumah Tuhan.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm  69:5.8-10.14,R:14c

Refren: Demi kasih setia-Mu yang besar, jawablah aku, ya Tuhan.

*Orang-orang yang membenci aku tanpa alasan
lebih banyak dari pada rambut di kepalaku;
terlalu besar jumlah orang yang hendak membinasakan aku,
yang memusuhi aku tanpa sebab;
aku dipaksa untuk mengembalikan apa yang tidak kurampas.

*Sebab karena Engkaulah aku menanggung cela,
karena Engkaulah noda meliputi mukaku.
Aku telah menjadi orang luar bagi saudara-saudaraku,
menjadi asing bagi anak-anak ibuku;
Sebab cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku,
dan kata-kata yang mencela Engkau telah menimpa aku.

*Tetapi aku, aku berdoa kepada-Mu, ya Tuhan,
aku bermohon pada waktu Engkau berkenan, ya Allah;
demi kasih setia-Mu yang besar jawablah aku
dengan pertolongan-Mu yang setia!



Bait Pengantar Injil
Yoh 8:12b

Akulah terang dunia.
Barangsiapa mengikut Aku, ia tidak berjalan dalam kegelapan,
dan ia akan mempunyai terang hidup.



Bacaan Injil
Yoh 11:19-27

"Aku percaya bahwa Engkaulah Messias, Anak Allah."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes:

Menjelang Hari Raya Paskah,
banyak orang Yahudi datang kepada Marta dan Maria
untuk menghibur mereka berhubung dengan kematian saudaranya.
Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang,
ia pergi mendapatkan-Nya.
Tetapi Maria tinggal di rumah.

Maka kata Marta kepada Yesus,
"Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini,
saudaraku pasti tidak mati.
Tetapi sekarang pun aku tahu,
bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu
segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya."
Kata Yesus kepada Marta,
"Saudaramu akan bangkit."
Kata Marta kepada-Nya,
"Aku tahu bahwa ia akan bangkit
pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman."
Jawab Yesus, "Akulah kebangkitan dan hidup!
Barangsiapa percaya kepada-Ku,
ia akan hidup walaupun sudah mati;
dan setiap orang yang hidup serta percaya kepada-Ku,
tidak akan mati selama-lamanya.
Percayakah engkau akan hal ini?"
Jawab Marta,
"Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah,
Dia yang akan datang ke dalam dunia."

Demikianlah sabda Tuhan.

ATAU BACAAN INJIL LAIN
Luk 10:38-42

"Marta, Marta,
engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara"

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas:

Sekali peristiwa
dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem,
tibalah Yesus di sebuah kampung.
Seorang wanita bernama Marta menerima Dia di rumahnya.
Wanita itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria.
Maria ini duduk dekat kaki Tuhan
dan terus mendengarkan perkataan-Nya,
tetapi Marta sibuk sekali melayani.
Marta mendekati Yesus dan berkata,
"Tuhan, tidakkah Tuhan peduli,
bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri?
Suruhlah dia membantu aku!"
Tetapi Tuhan menjawabnya,
"Marta, Marta,
engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara,
padahal hanya satu saja yang perlu:
Maria telah memilih bagian yang terbaik,
yang tidak akan diambil dari padanya."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Kisah kedegilan manusia kembali terulang di jaman pemerintahan Yoyakim, sebagaimana yang ditulis dalam Kitab Yeremia dari Bacaan Pertama hari ini.
Kisah kedegilan manusia ini masih terus berulang sampai sekarang.
Oleh karenanya sabda Tuhan mesti terus-menerus diberitakan agar orang bertobat dan terhindar dari penghukuman Tuhan.

Telah berulang kali pula Tuhan mengutus para nabi, rasul, dan bahkan Yesus Kristus sendiri untuk memberitakan tentang pertobatan ini.
Kita pun dipanggil-Nya untuk turut serta mewartakannya.
Kita diperintahkan oleh Tuhan untuk mewartakan semua sabda-Nya, persis seperti yang tertulis di dalam Kitab Suci.
Kata "persis" maksudnya sama seratus persen, tak ada yang dikurangi atau pun ditambah-tambahi sendiri, serta tak pula diijinkan untuk menggunakan nalar sendiri dalam memahaminya.
Janganlah sampai sabda Tuhan malahan menjadi rumor yang semakin lama menjadi semakin tidak sesuai dengan sumbernya sendiri.

Kepada Yeremia Tuhan dengan tegas mengatakan, "Janganlah kaukurangi sepatah kata pun!"
Ini tentu maksudnya agar Yeremia tidak karena alasan keamanan dirinya atau pun karena kenyamanan, lalu mengurangi bagian-bagian dari sabda Tuhan itu.
Memang, di banyak situasi, sabda Tuhan itu seumpama obat, yang rasanya pahit tetapi menyembuhkan.
Orang yang ingin sembuh tentu mau menelan obat yang pahit itu.

Tentu tak elok kalau kita merasa cemburu, terkesan Tuhan lebih memperhatikan orang-orang fasik dan berdegil hati, dibandingkan orang-orang yang taat kepada-Nya.
Justru Tuhan berharap agar orang-orang yang taat itu mau berperan serta dan memberi kesempatan kepada orang lain untuk bertobat dan terhindar dari penghukuman Tuhan.
Marilah pergi, kita diutus!



Peringatan Orang Kudus
Santa Marta, Perawan dan Sahabat Yesus
Kisah tentang Marta dilukiskan Yohanes dalam Injilnya 11:1-44. Di dalamnya terungkap jelas bahwa Marta dan Maria bersama Lazarus saudara mereka amat disayangi oleh Yesus. Mereka tinggal di Betania, sebuah kampung kecil yang letaknya tak jauh dari Yerusalem. Ketika Yesus mengunjungi mereka sehubungan dengan peristiwa kematian Lazarus, Marta selaku adik Maria bertindak sebagai pelayan. Ia sibuk menyediakan makanan bagi Yesus dan Rasul-rasul yang menyertaiNya. Sedangkan Maria kakaknya, yang pernah meminyaki kaki Yesus dan menyekanya dengan rambutnya, duduk di depan kaki Yesus sambil mendengarkan Sabda Yesus.
Ketika Lazarus jatuh sakit keras, Marta dan Maria mengirim khabar kepada Yesus. Pada waktu itu Yesus ada di seberang sungai Yordan yang agak jauh dari Betania. "Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit" demikian bunyi khabar itu. Yesus sengaja tinggal di tempat itu selama dua hari, lalu pergi ke Betania untuk menghibur Maria dan Marta.
Tatkala Yesus datang, Marta pergi menemui Dia. Maka terjadilah percakapan indah antara dia dengan Yesus. Dengan sikap yang realistis dan penuh iman kepada Yesus, Marta berkata: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarang pun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepadaMu segala sesuatu yang Engkau minta kepadaNya". Kata Yesus kepada Marta: "Saudaramu akan bangkit". Kata Marta kepadaNya: "Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman". Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati . . .". Marta memang kurang memahami apa yang dikatakan Yesus, namun ia percaya pada Yesus: "Ya Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia". Marta adalah seorang wanita yang bersemangat iman, praktis, ramah dan rajin.
Santo Simplisius, Faustinus dan Santa Beatriks, Martir
Ketiga bersaudara ini adalah warga kota Roma yang telah menganut agama Kristen. Mereka dibunuh karena imannya sekitar tahun 303-304. Menurut cerita, Simplisius dan Faustinus dianiaya dan dipancung kepalanya karena tidak mau meninggalkan imannya kepada Kristus. Mayat keduanya dibuang ke dalam sungai Tiber.
Beatriks saudari mereka berusaha menemukan kembali jenazah Simplisius dan Faustinus di sungai Tiber dan menguburkannya di pekuburan Generosa di jalan ke Porto. Tujuh bulan kemudian, Beatriks sendiri ditangkap dan dipenjarakan. Kemudian ia dihukum mati di penjara pada tanggal 11 Mei. Jenazahnya dikuburkan oleh orang-orang Kristen lain.




Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

 

Liturgia Verbi 2016-07-28 Kamis.




Kamis Pekan Biasa XVII
28 Juli 2016



Bacaan Pertama
Yer 18:1-6

"Seperti tanah liat di tangan tukang periuk,
demikianlah kalian di tangan-Ku."

Pembacaan dari Kitab Yeremia:

Tuhan bersabda kepada Yeremia,
"Pergilah segera ke rumah tukang periuk!
Di sana Aku akan memperdengarkan sabda-Ku kepadamu."
Lalu pergilah aku ke rumah tukang periuk,
dan kebetulan ia sedang bekerja dengan pelarikan.
Apabila bejana yang sedang dibuatnya dari tanah liat itu
rusak di tangannya itu,
maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali
menjadi bejana lain menurut keinginannya.

Kemudian bersabdalah Tuhan kepadaku,
"Masakan Aku tidak bertindak terhadap kalian
seperti tukang periuk ini,
hai kaum Israel!
Demikianlah sabda Tuhan.
Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk,
demikianlah kalian di tangan-Ku, hai kaum Israel!

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 146:2-6,R:5a

Refren: Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada Tuhan, Allahnya:


*Aku hendak memuliakan Tuhan selama aku hidup,
dan bermazmur bagi Allahku selagi aku ada.

*Janganlah percaya kepada para bangsawan,
kepada anak manusia yang tidak dapat memberikan keselamatan.
Apabila nyawanya melayang, ia kembali ke tanah;
pada hari itu juga lenyaplah maksud-maksudnya.

*Berbahagialah orang
yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong,
yang harapannya pada Tuhan, Allahnya:
Dia yang menjadikan langit dan bumi,
laut dan segala isinya;
yang tetap setia untuk selama-lamanya.



Bait Pengantar Injil
Kis 16:14b

Tuhan, bukalah hati kami
supaya kami memperhatikan sabda Putera-Mu.



Bacaan Injil
Mat 13:47-53

"Ikan yang baik dikumpulkan ke dalam pasu, yang buruk dibuang"

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa Yesus bersabda kepada orang banyak,
"Hal Kerajaan Surga itu seumpama pukat yang dilabuhkan di laut,
lalu mengumpulkan pelbagai jenis ikan.
Setelah penuh, pukat itu pun diseret orang ke pantai.
Lalu mereka duduk dan dipilihlah ikan-ikan itu,
ikan yang baik dikumpulkan ke dalam pasu, yang buruk dibuang.
Demikianlah juga pada akhir zaman.
Malaikat-malaikat akan datang
memisahkan orang jahat dari orang benar.
Yang jahat lalu mereka campakkan ke dalam dapur api.
Di sana ada ratapan dan kertak gigi.

Mengertikah kalian akan segala hal ini ?"
Orang-orang menjawab, "Ya, kami mengerti."
Maka berkatalah Yesus kepada mereka,
"Karena itu
setiap ahli Taurat yang menerima pelajaran hal Kerajaan Allah
seumpama seorang tuan rumah
yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama
dari perbendaharaannya."
Setelah selesai menyampaikan perumpamaan itu,
Yesus pergi dari sana.

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Penjunan atau Panjunan adalah orang yang profesinya membuat periuk belanga, pengrajin tanah liat.
Kali ini, dari Kitab Yeremia pada Bacaan Pertama, kita melihat Tuhan seumpama seorang penjunan.
Jika periuk yang dibuatnya tidak sesuai keinginannya, entah karena cacat atau bahkan rusak, Penjunan tidak membuangnya, melainkan mendaur-ulang untuk dijadikan periuk lain yang sesuai dengan keinginannya, yakni periuk baru dari bahan yang lama.

Kita se umpama bejana atau kendi, atau periuk, atau benda lain yang terbuat dari tanah liat, yang pada awal dibuat merupakan benda yang baik dan sesuai dengan keinginan Sang Penjunan.
Namun se iring dengan berjalannya waktu, oleh berbagai penyebab, kita melakukan banyak dosa, yang membuat periuk atau bejana tak lagi nampak cantik dan baik, menjadi catat, retak atau bahkan rusak.
Jika benda yang sudah rusak ini dibawa kepada Sang Penjunan (melalui pertobatan), maka Penjunan tidak melakukan refurbishment, renovation, atau pun restoration, melainkan mendaur-ulang untuk dijadikan yang benar-benar baru, sekali pun dari bahan tanah liat yang sama.
Mula-mula kita akan dihancurkan, tetapi tidak musnah, melainkan dikembalikan menjadi tanah liat tak berbentuk.
Proses pelarikan ini memang menyakitkan, menyengsarakan, makanya kita mesti bertahan, berharap kita akan menjadi "manusia baru", manusia yang benar-benar baru, manusia yang "KW satu", bukan manusia hasil perbaikan, renovasi atau restorasi.

Manusia yang baru ini, seratus persen sesuai dengan keinginan Sang Penjunan, bukan keinginan si tanah liat.
Oleh sebab itu, si tanah liat mesti pasrah untuk dibentuk-bentuk, ditekan-tekan, agar menjadi bejana/periuk baru yang berkualitas tinggi.

Memang, ada saatnya, daur-ulang tak lagi dapat dilakukan.
Maka pada saat itu nanti, yang buruk dan tak mungkin lagi didaur-ulang akan dicampakkan ke dalam api, tempat ratapan dan kertak gigi itu.
Nah, semasih belum inkracht (berkekuatan hukum tetap dan tak dapat diubah lagi), marilah kita datang kepada Sang Penjunan, memasrahkan diri kita untuk didaur-ulang, sekali pun menyakitkan tetapi sekaligus memberi harapan kita akan menjadi manusia baru, yang benar-benar baru.



Peringatan Orang Kudus
Santo Nasarius dan Selsus, Martir; Santo Viktor dan Innosensius, Paus dan Martir
Nasarius adalah anak seorang Yahudi bernama Afrikanus. Ibunya, Perpetua yang sudah beragama Kristen dengan giat mendidik dia secara Kristen semenjak kecilnya. Karena itu Nasarius berkembang dewasa menjadi seorang Kristen yang saleh. Oleh Paus Linus, yang menggantikan Santo Petrus Rasul, Nasarius diutus untuk mewartakan Injil di Gallia (kini: Prancis).
Selsus adalah pemuda pertama yang berhasil ditobatkan oleh Nasarius sejak ia berkarya di Gallia. Selsus menemani Nasarius dalam perjalanan-perjalanan tugasnya. Pada suatu ketika mereka ditangkap oleh penduduk kafir setempat dan dibuang ke laut. Tetapi berkat perlindungan Tuhan, mereka tidak mati tenggelam. Mereka berhasil menyelamatkan diri lalu mengembara hingga sampai ke Milano, Italia. Di sana mereka mewartakan Injil dan membesarkan hati orang-orang Kristen yang ada di sana. Di Milano mereka sekali lagi ditangkap dan dijatuhi hukuman mati karena imannya akan Yesus Kristus.
Viktor lahir di Afrika Utara dan memimpin Gereja sebagai Paus pada tahun 189. Paus Viktor adalah paus yang secara resmi menetapkan bahwa permandian suci dalam keadaan bahaya maut dapat dilakukan dengan memakai air biasa apabila tidak ada persediaan air permandian di tempat itu. Ia mati sebagai martir pada tahun 189, sewaktu pemerintahan Kaisar Septimus Severus.
Innosensius lahir di Albano, dekat kota Roma. la terpilih menjadi Paus dengan suara bulat pada tahun 402. Ia sungguh-sungguh sadar akan bahaya-bahaya yang mengancam Gereja dan umat pada masa itu. Tak henti-hentinya ia berdoa memohon kebijaksanaan dan kekuatan Tuhan agar mampu mengemudikan bahtera Gereja Kristus dengan selamat. Bahaya-bahaya itu terutama disebabkan oleh adanya perpindahan besar-besaran bangsa-bangsa lain ke dunia Barat. Bangsa Goth menyerang kota Roma sebanyak dua kali di bawah pimpinan panglima Alarik dan berhasil menjarahi segala sesuatu yang mereka temui.
Dalam menghadapi ancaman-ancaman itu, Paus Innocentius senantiasa menguatkan hati umatnya dan meringankan beban penderitaan mereka. Sementara itu, Paus Innocentius menghadapi lagi masalah baru yang muncul di dalam Gereja oleh lahirnya ajaran sesat Pelagianisme yang menyangkal adanya rahmat untuk mencapai keselamatan kekal. Dua kali ia mengadakan konsili untuk menghukum ajaran sesat itu. Belum lagi selesai masalah itu terdengar berita bahwa Santo Yohanes Krisostomus dibuang dari takhta keuskupannya sebagai tawanan oleh keluarga Kaisar Konstantinopel. Innosensius tidak segan-segan mengutuk tindakan itu. Kaisar Arkadius bersama permaisurinya Eudoxia dikucilkan dari Gereja, meskipun ia tahu bahwa hal itu akan mendatangkan bahaya atas dirinya sendiri. Setelah memimpin Gereja selama 15 tahun, Innosensius meninggal dunia pada tahun 417.




Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

 

Liturgia Verbi 2016-07-27 Rabu.




Rabu Pekan Biasa XVII
27 Juli 2016



Bacaan Pertama
Yer  15:10.16-21

"Mengapa penderitaanku tidak berkesudahan? 
Jika engkau mau kembali, Aku akan mengembalikan dikau
menjadi pelayan di hadapan-Ku."

Pembacaan dari Kitab Yeremia:

Pada waktu itu Yeremia mengeluh,
"Celaka aku, ya ibuku, bahwa engkau telah melahirkan daku.
Sebab aku seorang yang menjadi buah perbantahan
dan buah percederaan bagi seluruh negeri.
Padahal aku tidak menghutangkan
dan tidak pula berhutang kepada siapa pun.
Namun mereka semua mengutuki aku.

Apabila aku menemukan sabda-Mu, maka aku menikmatinya.
Sabda-Mu itu menjadi kegirangan bagiku
dan menjadi kesukaan hatiku.
Sabda nama-Mu telah diserukan atasku,
ya Tuhan, Allah semesta alam.
Tidak pernah aku duduk bersenang-senang
dalam pertemuan orang-orang yang bersenda gurau.
Karena tekanan tangan-Mu aku duduk seorang diri,
sebab Engkau telah memenuhi aku dengan geram.
Mengapakah penderitaanku tidak berkesudahan,
dan lukaku sangat payah, sukar disembuhkan?
Sungguh, Engkau seperti sungai yang curang bagiku,
air yang tidak dapat dipercaya."

Maka Tuhan menjawab, "Jika engkau mau kembali,
Aku akan mengembalikan engkau menjadi pelayan di hadapan-Ku.
Dan jika engkau mengucapkan apa yang berharga dan tidak hina,
maka engkau akan menjadi penyambung lidah bagi-Ku.
Biarpun mereka akan kembali kepadamu,
namun engkau tidak perlu kembali kepada mereka.
Terhadap bangsa ini
Aku akan membuat engkau sebagai tembok berkubu dari perunggu.
Mereka akan memerangi engkau,
tetapi tidak akan mengalahkan dikau.
Sebab Aku menyertai engkau
untuk menyelamatkan dan melepaskan dikau,"
demikianlah sabda Tuhan.
"Aku akan melepaskan dikau dari tangan orang-orang jahat,
dan membebaskan dikau dari genggaman orang-orang lalim."

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 59:2-3.4-5a.10-11.17-18,R:17d

Refren: Tuhanlah tempat pengungsianku pada waktu kesesakan.

*Lepaskanlah aku dari pada musuhku, ya Allahku
bentengilah aku
terhadap orang-orang yang bangkit melawan daku.
Lepaskanlah aku dari pada orang-orang yang melakukan kejahatan,
dan selamatkanlah aku dari pada penumpah darah.

*Sebab sesungguhnya, mereka menghadang nyawaku;
orang-orang perkasa menyerbu aku,
padahal aku tidak melakukan pelanggaran,
aku tidak berdosa, ya Tuhan, aku tidak bersalah,
merekalah yang bergegas dan bersiap-siap.

*Ya Kekuatanku, aku mau berpegang pada-Mu,
sebab Allahlah kota bentengku.
Allahku, dengan kasih setia-Nya Ia akan menyongsong aku,
Allah akan membuat aku memandang rendah seteru-seteruku.

*Tetapi aku mau menyanyikan kekuatan-Mu,
pada waktu pagi aku mau bersorak-sorai karena kasih setia-Mu,
sebab Engkau telah menjadi kota bentengku,
tempat pelarian pada waktu kesesakanku.

*Ya Kekuatanku, bagi-Mu aku mau bermazmur;
sebab Allahlah kota bentengku,
Allahku dengan kasih setia-Nya.



Bait Pengantar Injil
Yoh 15:15b

Kalian Kusebut sahabat-Ku,
sebab kepada kalian Kusampaikan
apa saja yang Kudengar dari Bapa.



Bacaan Injil
Mat  13:44-46

"Ia menjual seluruh miliknya, lalu membeli ladang itu."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa Yesus mengajar orang banyak,
"Hal Kerajaan Surga itu seumpama harta yang terpendam di ladang,
yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi.
Karena sukacitanya, pergilah ia menjual seluruh miliknya,
lalu membeli ladang itu.

Demikian pula hal Kerajaan Surga itu seumpama seorang pedagang
yang mencari mutiara yang indah.
Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga,
ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Ah, banyak orang pernah mengalami pergumulan batin di dalam hidupnya; saya juga pernah dan bahkan berulang kali.
Nabi Yeremia juga sama;  ia "curhat" dan mengeluh karena berbagai perkara yang dihadapkan kepadanya, yang menggiringnya ke arah keputus-asaan.
Ia begitu galau, mengapa orang-orang tidak mau mendengarkannya, malahan berbantah-bantahan terhadap sabda Tuhan yang diberitakannya.
Bahkan seolah ia menuduh Tuhan telah memenuhi dirinya dengan kegeraman.
Seolah tak nyadar ia mengeluh, "Mengapakah penderitaanku tidak berkesudahan, dan lukaku sangat payah, sukar disembuhkan?"

Kenyataan mengatakan, tak ada seorang pun yang terus-menerus hidup senang tanpa mengalami kesusahan.
Sebagaimana yang telah sering saya tuliskan, kita ini hidup di dunia yang fana, bukan di taman Firdaus apalagi di Surga.
Semua nabi, rasul dan juga Yesus, mengalami kesusahannya sendiri-sendiri.
Lalu, patutkah kita menyalahkan orangtua yang telah melahirkan kita?
Patutkah kita menyalahkan Tuhan, seperti yang ditulis dalam Kitab Yeremia ini, "Sungguh, Engkau seperti sungai yang curang bagiku, air yang tidak dapat dipercaya."

Marilah kita lihat suatu keluarga yang kaya dan memiliki anak tunggal.
Kedua orangtuanya terus-menerus memperhatikan anak satu-satunya, memenuhi apa saja yang dibutuhkan anaknya, memenuhi apa saja yang diminta oleh anaknya.
Pendek kata, sejak di kandungan, anak itu hidup lebih dari cukup, terpenuhi lahir dan batinnya.
Apa saja yang diinginkannya, tinggal ngomong saja.

Tentu kita bisa bayangkan apa yang terjadi selanjutnya.
Anak itu tumbuh menjadi orang dewasa yang sangat rentan, tak memiliki "kemampuan untuk hidup".
Ketika orangtuanya meninggal dunia dalam suatu kecelakaan, ketika itu pulalah hidup bagai di neraka baginya; itulah malapetaka terbesar yang mesti dihadapinya, padahal ia mewarisi harta yang melimpah tetapi baginya, kedua orangtuanyalah harta yang terutama.
Lalu ia pun mulai menyalahkan orangtuanya, telah keliru dalam mendidik dan membesarkan dia.
Seandainya, sejak kecil ia sudah terlatih untuk menghadapi berbagai tantangan hidup, menjadi terlatih untuk mengatasi kesusahannya sendiri, tentulah malapetaka besar itu tak perlu ia hadapi, atau setidaknya ia mampu menghadapinya.

Apakah kita ingin agar Bapa kita yang di Surga memperlakukan kita seperti kedua orangtua itu?
Memang, kita takkan ditinggal mati oleh Bapa, tetapi sesungguhnya juga kita tidak pernah dibesarkan.
Beginilah yang dikatakan Tuhan, "Aku akan membuat engkau sebagai tembok berkubu dari perunggu.
Mereka akan memerangi engkau, tetapi tidak akan mengalahkan dikau.
Sebab Aku menyertai engkau untuk menyelamatkan dan melepaskan dikau."

Tuhan mau agar kita menjadi anak-anak-Nya yang tangguh, meniru ketangguhan Yesus, para nabi dan rasul, memiliki tembok berkubu dari perunggu, bukan menjadi anak-anak yang lembek, yang menjadi penyet ketika digencet.
Semakin banyak kita berlatih menghadapi kesusahan, maka semakin tangguhlah kita.



Peringatan Orang Kudus
Santo Pantaleon, Martir
Pantaleon lahir di Nikomedia, Asia Kecil. Ia bekerja di sana sebagai seorang tabib. Diceritakan bahwa tingkah lakunya sangat buruk dan karena itu ia sering kali gelisah dan resah karena tingkah lakunya itu. Kegelisahan dan keresahan ini menjadi suatu pintu masuk yang baik baginya menuju cara hidup yang baru. Oleh seorang imam bernama Hermolaus, Pantaleon diajari ajaran-ajaran iman Kristen dan akhirnya bertobat dan dipermandikan menjadi Kristen. Semenjak itu ia berjanji untuk meninggalkan cara hidupnya yang lama dan berniat menyilih dosa-dosanya dengan perbuatan-perbuatan baik.
Dengan keahliannya sebagai seorang tabib, Pantaleon menolong dan merawat orang-orang sakit, terutama yang miskin tanpa menuntut bayaran. Harta miliknya bahkan dibagi-bagikannya kepada mereka. Di samping itu ia rajin menyebarkan ajaran-ajaran Kristen kepada banyak orang terutama di kalangan orang-orang sakit yang dirawatnya. Banyak sekali orang yang berhasil ditobatkannya dan dihantar kepada iman yang benar. Ayahnya yang masih kafir ditobatkannya juga.
Pada masa penganiayaan orang-orang Kristen oleh Kaisar Diokletianus, Pantaleon ditangkap dan disiksa hingga mati dipenggal kepalanya pada tahun 303.
Santo Aurelius dan Santa Natalia, Martir
Orang tua suami-isteri ini beragama Islam. Karena Natalia dan temannya Liliosa (isteri Feliks, seorang yang pernah murtad menjadi Islam tetapi kemudian berbalik kembali) tidak memakai cadar, maka mereka dituduh murtad dari Islam. Mereka dengan berani mengakui dirinya Kristen dan oleh karena itu dibunuh bersama Georgius, seorang biarawan yang giat berkotbah membela kebenaran agama Kristen. Mereka meninggal di Cordoba, Spanyol pada masa pemerintahan Emir Abd Ar-Rahman II pada tahun 852.




Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info

 

Liturgia Verbi 2016-07-26 Selasa.




Selasa Pekan Biasa XVII
26 Juli 2016

PW S. Yoakim dan Ana, Orangtua SP Maria



Bacaan Pertama
Sir 44:1.10-15

"Nama mereka hidup terus turun-temurun."

Pembacaan dari Kitab Putera Sirakh:

Kami hendak memuji orang-orang termasyhur, para leluhur kita,
menurut urut-urutannya.
Mereka adalah orang-orang kesayangan,
yang kebajikannya tidak sampai terlupa;
semuanya tetap disimpan oleh keturunannya
sebagai warisan baik yang berasal dari mereka.
Keturunannya tetap setia kepada perjanjian-perjanjian,
dan anak-anak merekapun demikian pula keadaannya.
Keturunan mereka akan lestari untuk selama-lamanya,
dan kemuliaannya tidak akan dihapus.
Dengan tenteram jenazah mereka dimakamkan,
dan nama mereka hidup terus turun-temurun.
Kebijaksanaan mereka diceritakan oleh bangsa-bangsa,
dan para jemaah mewartakan pujian mereka.

Demikianlah sabda Tuhan.



Mazmur Tanggapan
Mzm 132:11.13-14.17-18,R:Luk 1:32a

Refren: Tuhan Allah akan memberi dia
takhta Daud, bapa leluhurnya.

*Tuhan telah menyatakan sumpah setia kepada Daud,
Ia tidak akan memungkirinya:
"Seorang anak kandungmu
akan Kududukkan di atas takhtamu."

*Sebab Tuhan telah memilih Sion,
dan mengingininya menjadi tempat kedudukan-Nya:
"Inilah tempat peristirahatan-Ku untuk selama-lamanya,
di sini Aku hendak diam, sebab Aku mengingininya.

*Di sanalah Aku akan menumbuhkan sebuah tanduk bagi Daud,
dan menyediakan pelita bagi orang yang Kuurapi.
Musuh-musuhnya akan Kutudungi pakaian keajaiban,
tetapi ia sendiri akan mengenakan mahkota yang semarak!"



Bait Pengantar Injil
Luk 2:25c

Mereka menantikan penghiburan bagi Israel
dan Roh Kudus ada di atas-Nya.



Bacaan Injil
Mat 13:16-17

"Banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat."

Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius:

Sekali peristiwa
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,
"Berbahagialah matamu karena telah melihat,
berbahagialah telingamu karena telah mendengar.
Sebab, Aku berkata kepadamu:
Banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat,
tetapi tidak melihatnya,
dan ingin mendengar apa yang kamu dengar,
tetapi tidak mendengarnya."

Demikianlah sabda Tuhan.



Renungan Injil
Hari ini kita memperingati Santo Yoakim dan Santa Ana, orangtua dari Bunda Maria, kakek dan nenek dari Yesus, keturunan Daud.
Kalau kita melihat sosok Bunda Maria, semestinya kita bisa menyimpulkan bahwa Maria dilahirkan dari keluarga yang sangat saleh, dan taat kepada Tuhan.
Yoakim-Ana tentulah mewarisi sifat-sifat baik kepada Bunda Maria.
Orang sering mengatakan, "Buah jatuh tak jauh dari pohonnya."

Pada Bacaan Pertama hari ini, yang diambil dari Kitab Putera Sirakh (Deuterokanonika), kita mengetahui bahwa nama baik dapat diwariskan kepada anak cucu dan keturunan selanjutnya.
Harta kekayaan bukanlah satu-satunya warisan yang kita terima dari orangtua dan leluhur kita.
Justru yang jauh lebih penting adalah warisan iman, tradisi yang baik, serta tata-krama, yakni warisan yang bersifat rohaniah, bukan jasmaniah semata, karena dari situlah nama baik bisa diperoleh.
"Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama."

Kita telah menerima warisan-warisan, entah siapa pun kita, semuanya menerima warisan dari leluhur melalui orangtuanya, entah berupa harta kekayaan, iman dan warisan rohaniah lainnya, warisan fisik jasmaniah, atau bisa jadi warisan yang bersifat negatif seperti penyakit turunan, difabilitas, dan sebagainya.
Ke semuanya itu, baik yang positif maupun yang negatif, mesti kita terima sebagai warisan leluhur.
Yang negatif tak patut disesali, yang positif tak elok disia-siakan.

Seorang penyanyi tersohor dunia, menyesali warisan berupa warna kulit gelap lalu melakukan operasi supaya kulitnya menjadi putih.
Yang lain lagi, menyesali bertubuh pendek karena kedua orangtuanya juga bertubuh pendek.
Beberapa hari yang lalu  saya pergi ke salon untuk potong rambut.
Sambil menunggu giliran, saya memperhatikan orang-orang yang sedang menggunakan jasa salon tersebut.
Yang rambutnya lurus minta dikriting tapi di sebelahnya ada yang berambut kriting minta di-rebonding.
Saya sendiri minta disemir karena sudah beruban, tapi di sebelah saya seorang anak muda, yang rambutnya hitam legam malah minta disemir supaya pirang.

Ya, ada warisan yang baik namun tak terelakkan pula kita mesti menerima warisan yang kurang baik atau bahkan tidak baik.
Tetapi layakkah kita menyumpahi orangtua atau leluhur gara-gara menerima warisan yang tidak baik?
Mau kepada siapa kita berteriak?  Bisa jadi saja orangtua kita juga menerimanya dari orangtuanya dan orangtua dari orangtua kita menerima dari orangtuanya, lalu siapa yang mesti bertanggungjawab?
Sesuatu yang telah terjadi tak dapat lagi diubah atau pun diperbaiki, percuma saja disesali berkepanjangan.
Warisan yang baik atau pun yang buruk mesti kita terima, itulah yang namanya "trah"; yang baik adalah anugerah dan yang tidak baik adalah salib yang mesti kita pikul.
Kalau kita menyesali warisan yang kurang baik, lalu mengapa kita tidak perduli akan warisan yang akan kita serahkan kepada anak-cucu kita?
Bukankah mereka akan menerima warisan dari tangan kita?
Minimal, wariskanlah iman yang baik dan benar kepada mereka; jangan kurang dari ini.



Peringatan Orang Kudus
Santa dan Santo Santa Anna dan Santo Yoakim, Orangtua Santa Perawan Maria
Anna dan Yoakim adalah orangtua kandung Santa Perawan Maria, Bunda Yesus, Putera Allah. Keduanya dikenal sebagai keturunan raja Daud yang setia menjalankan kewajiban-kewajiban agamanya serta dengan ikhlas mengasihi dan mengabdi Allah dan sesamanya. Oleh karena itu keduanya layak di hadapan Allah untuk turut serta dalam karya keselamatan Allah.
Dalam buku-buku umat Kristen abad ke-2, nama ibu Anna sangat harum. Diceritakan bahwa sejak perkawinannya dengan Yoakim, Anna tak henti-hentinya mengharapkan karunia Tuhan berupa seorang anak. Namun cukup lama ia menantikan tibanya karunia Allah itu.  Sangat boleh jadi bahwa Anna sesekali menganggap keadaan dirinya yang tak dapat menghasilkan keturunan itu sebagai hukuman bahkan kutukan Allah atas dirinya, sebagaimana anggapan umum masyarakat Yahudi pada waktu itu. Karena itu diceritakan bahwa ia tak henti-hentinya tanpa putus asa berdoa kepada Allah agar kiranya kenyataan pahit itu ditarik Allah dari padanya. Setiap tahun, Anna bersama Yoakim suaminya berziarah ke Bait Allah Yerusalem untuk berdoa. Ia berjanji, kalau Tuhan menganugerahkan anak kepadanya, maka anak itu akan dipersembahkan kembali kepada Tuhan  
Syukurlah bahwa suatu hari malaekat Tuhan mengunjungi Anna yang sudah lanjut usia itu membawa warta gembira ini: "Tuhan berkenan mendengarkan doa ibu! Ibu akan melahirkan seorang anak perempuan, yang akan membawa suka cita besar bagi seluruh dunia!" Dengan kegembiraan dan kebahagiaan yang besar, Anna menceritakan warta malaekat Tuhan itu kepada Yoakim.
Setelah genap waktunya, lahirlah seorang anak wanita yang manis. Bayi itu diberi nama Maryam, yang kelak akan memperkandungkan Putera Allah, Yesus Kristus, Juru Selamat dunia. Bagi Anna, Maryam lebih merupakan buah rahmat Allah daripada buah koderat manusia. Kelahiran Maryam menyemarakkan bahkan menyucikan kehidupannya dan kehidupan keluarganya.
Kehidupan ibu Anna tidak diceritakan di dalam Injil-injil. Kisah tentang hidupnya diperoleh dari sebuah cerita apokrif. Cerita ini secara erat berkaitan dengan kisah Perjanjian Lama tentang Anna, ibu Samuel. Ibu Anna dihormati sebagai pelindung kaum ibu, khususnya yang sedang hamil dan sibuk mengurus keluarganya. Orang-orang Yunani mendirikan sebuah basilik khusus di Konstantinopel pada tahun 550 untuk menghormati ibu Anna. Di kalangan Gereja Barat, Paus Gregorius XIII (1572-1585) menggalakkan penghormatan kepada Ibu Anna di seluruh Gereja pada tahun 1584.  
Nama Yoakim dan Anna sungguh sesuai dengan maksud pilihan Allah. Yoakim berarti "Persiapan bagi Tuhan", sedangkan Anna berarti "Rahmat atau Karunia".




Liturgia Verbi, www.live.sandykusuma.info